>

Materi Hortikultura


Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman buah-buahan tropis beiklim basah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun.  Tanaman ini cukup populer di kalangan masyarakat kita dan hampir setiap orang memakannya.  Tanaman pisang sekarang ini beraneka ragam kultivarnya, umumnya masih diusahakan di pekarangan  atau tegalan dan biasanya belum dirawat  dengan baik. Pengembangan tanaman ini di Indonesia mempunyai prospek yang baik, oleh karena itu perlu  dibudidayakan dengan teknologi yang baik.
Buah pisang umumnya dikonsumsi sebagai makanan tambahan, meskipun di beberapa daerah dapat dijadikan makanan pokok. Kandungan gizi buah pisang cukup tinggi terutama karbohidrat, vitamin dan mineral
Dengan komposisi kandungan gizi yang cukup tinggi dan sebaran pertanaman yang merata di seluruh wilayah Indonesia, maka usaha pengembangan pisang dapat dilakukan, baik secara komersial dalam bentuk kebun maupun sebagai tanaman pekarangan. Oleh karena rasanya yang enak serta cara memakannya yang mudah, maka konsumsinya di kalangan masyarakat akan dapat ditingkatkan.

Pisang termasuk tanaman yang dapat beradapsi terhadap berbagai jenis tanah;
Secara umum, pisang memerlukan tanah berstruktur gembur dan tekstur lempung dengan perbandingan pasir, debu dan lempung sekitar 30 %, 35 % dam 35 % dan relative kaya bahan organic;
Idealnya lahan yang cocok untuk pisang adalah wilayah datar hingga bergelombang 5 – 15 %, terutama pada tanah Aluvial sepanjang aliran sungai;
Tumbuh dengan baik apabila lapisan olah tanahnya kaya bahan organik;
Kemasaman tanah (pH) yang paling cocok adalah 4,5 – 7,5.

Di daerah beriklim kering, tanaman pisang masih mampu hidup dan tumbuh, walaupun hasil kurang baik;
Suhu udara yang cocok antara 15– 350 C, dengan suhu optimal 270 C;
Penanaman di daerah dengan  3 bulan kering perlu mendapatkan tambahan air irigasi;
Ketinggian tempat optimum < 1000 m dpl dengan tipe iklim Schmidt & Ferguson: B dan C dengan curah hujan tahunan 1400-2000 mm.

Pembibitan Pisang
·      Pisang diperbanyak secara vegetatif yanh dihasilkan baik secara tradisional maupun melalui kultur jaringan;
·      Bibit tanaman Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan tunas anakan, anakan muda, anakan sedang, anakan dewasa, bonggol, dan belahan bonggol (bit).
·      Belahan bonggol merupakan cara perbanyakan yang baik, diambil dari tanaman dewasa umur 7-8 bulan.
·      Cara perbanya­kan dengan bit yang dicelup dengan air hangat 50oC selama 20 menit atau dicelup dalam larutan Dimethoate/Diazinon 30 ml, Maneb/Mancozeb 48 g dan Tiner Stocker 1,4 ml dalam 20 liter air untuk setiap 60 bit.
·      Kultivar baik adalah Ambon Jepang, Ambon lumut, Ambon ijo, Susu, Mas, Raja Bulu, Badak, Kepok, Agung, Candi, Raja Nangka.
·      Cara perbanyakan secara umum adalah sebagai berikut :
Perbanyakan dengan bonggol
o  Menghasilkan 5 – 10 bibit setiap bonggol dengan kualitas lebih baik dibandingkan secara anakan;
o  Setelah tunas mulai muncul (1 – 2 minggu), bonggol dibelah apabila tunasnya ada;
o  Tempatkan potongan bonggol yang bertunas di media kompos;
o  Apabila tinggi tunas 20 – 30 cm (4 – 6 minggu), bibit tersebut dapat ditanam di lahan yang disiapkan.
Perbanyakan belahan bonggol (bit)
o  Pada prinsipnya sama dengan perbanyakan bonggol, bedanya apabila bonggol telah dibersihkan langsung dibelah;
o  Luka belahan agar diberi desifektan.
Perbanyakan dengan anakan
o    Perbanyakan ini adalah dengan cara mengambil tunas;
o    Bibit yang berasal dari perbanyakan tunas terdiri atas :
a.    Tunas anakan (tunas belum berdaun);
b.    Anakan muda (daun yang terbentuk belum sempurna);
c.    Anakan sedang (daun telah terbentuk dan membuka);
d.    Anakan dewasa (banyak helaian daun yang telah membuka dan terbentuk sempurna).
Perbanyakan secara kultur jaringan
·         Kultur jaringan merupakan cara untuk menumbuhkan sel, jaringan organ tanaman dalam medium buatan secara aseptik dalam lingkungan terkendali.
·         Perbanyakan secara ini dianggap yang paling baik, karena pohon induknya telah diseleksi, biasanya bebas hama dan penyakit penting tertentu.
·         Mendapatkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat dengan sifat genetik sama dengan induknya serta bebas pothogen;
·         Kecepatan tumbuh anaknya lebih cepat, sehingga masa berbunga lebih cepat;
·         Waktu panen serempak;
·         Kesehatan bibit lebih terjamin.
Pengolahan tanah
·         Lahan yang akan ditanami hendaknya diolah lebih dahulu agar menjadi gembut, mendapat aerasi cukup, mematikan tanaman pengganggu, sehingga perakaran optimal;
·         Pengoalahan tanah sampai kedalaman 30 cm agar aerasi tanah lebih baik kemudian digaru;
·         Buat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm, khusus untuk bibit asal anakan;
·         Bibit yang ditanam harus terpilih yang sehat dan seragam serta jumlah daun yang membuka sekitar 6 helaI.
·         Lubang tanaman diberi pupuk dasar terlebih dahulu, berupa Urea 50 gram, SP-36 50 gram dan KCl 50 gram serta kompos 1 – 2 kaleng minyak tanah per tanaman atau dengan dosis sesuai tingkat kesuburan tanah;
·         Mulsa diberikan setelah penanaman bibit


Cara Penanaman
·         Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dengan jarak tanam 2 x 2 m, 3 x 3 m, atau 4 x 4 m;
·         saat tanam bibit sebaiknya pada awal musim hujan;
·         bibit yang berasal dari bit ditumbuhkan miring dengan mata di bagian atas sedalam 10 cm. 
·         Tumpangsari dengan tanaman lain dapat dilakukan dengan baik.
·         Saat penggalian lubang tanam, pisahkan tanah bagian atas dan bagian bawah;
·         Lubang tanah dibuat 2 – 4 minggu sebelum tanam.
·         Setelah lubang tanah dipupuk dasar dan bibit telah disiapkan, segera lakukan penanaman;
·         Daun bibit 2/3 bagian  dipotong untuk mencegah penguapan (untuk bibit kultur jaringan dan asal bonggol daun tidak dipotong);
·         Setiap lubang tanam, ditanami 1 bibit yang ditanam tegak;

Pengairan Tanaman Pisang
·         Jika dalam 2 minggu tidak turun hujan, tanaman perlu diairi;
·         Pemberian air dapat dilakaukan dengan cara irigasi di atas atau di bawah kanopi atau irigasi tetes;
·         Kalau tidak terairi, terutama pada saat berbunga, maka buah yang dihasilkan akan kecil-kecil, tanaman lebih pendek dan daunnya kekuningan.

Penyulaman
·         Bibit yang mati agar disulam dengan bibit baru;
·         Penyulaman hendaknya dilakukan segera agar pertumbuhan tanaman seragam;
Penyiangan
·         Penyiangan dilakukan untuk membasmi gulma-gulma yang mengganggu tanaman;
·         Juga untuk menjaga agar lingkungan tanaman menjadi bersih dengan membuang anakan yang tidak diperlukan, membongkar tanaman yang terkena penyakit dan membuang batang pisang habis panen sehingga menguntungkan bagi perkembangan tanaman;
·         Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan menggunakan tangan atau alat sederhana;
·         Dilakukan disekeliling tanaman dengan jari-jari 1 meter;
·         Penyiangan dilaksanakan beberapa kali dimulai saat tanaman berumur 2 bulan;
·           Tanah dibersihkan dan digemburkan, daun tua dan kering dibuang, dan anakan diperjarang.
Pemangkasan dan pembatasan jumlah anakan
·         Dalam satu rumpun hanya satu batang pisang berbuah/dewasa dan dua-tiga anakan yang  umurnya berbeda.  
·         Daun-daun tua dipangkas; dan apabila ditanam tumpangsari maka ditinggalkan 5-6 helai daun setiap batang dengan pemangkasan seminggu sekali. 
·         Pada saat berbunga, jantung bunga disemprot dengan insektisida kontak atau lafutan sabun seminggu dua kali; jantung dipotong apabila sudah 20 cm dari buah terakhir. 
·         Buah terakhir yang rusak karena hama dibuang bersamaan dengan pemotongan jantung.
Pemupukan
·         Jenis pupuk anorganik seperti Urea, SP-36 dan KCl serta pupuk organik seperti kompos;
·         Pupuk anorganik diberikan setiap 6 bulan sekali, pada awal dan akhir musim hujan;
·         Pupuk organik diberikan sekali dalam 1 tahun yaitu pada awal musim hujan;
·         Dosis pupuk  anorganik sebanyak ¼ dosis pupuk tahunan;
·         Dosis pupuk organik 2 -3 kaleng minyak tanah per tahun;
·           Untuk selengkapnya dosis pupuk untuk tanaman pisang adalah sebagai berikut

·           Dosis dan waktu pemupukan anjuran lain adalah ZA 250-350 g, TSP 100-150 g, dan KCl 100-200 g setiap tanaman diberikan 1/2 - 1 bulan setelah tanam dan setiap 3-4 bulan sekali. 
·         Cara pemberian pupuk dilakukan dengan mebuat parit sedalam 10 cm disekeliling tanaman dengan jarak 60 – 75 cm dari pangkal batang;
·         Jika tanaman rapat, dapat dilakaukan dengan membuat larikan sepanjang barisan tanaman dengan jarak 60 – 75 cm dari pohon pisang;
·         Setelah pupuk diberikan, kemudian tutup dengan tanah.
Penjarangan anakan
·         Jarangi tanaman dengan 2-3 anakan untuk produksi berikutnya;
·         Kualitas hasil penjarangan dapat dilihat dari poipulasi dan jarak tanam;
·         Jarak tanam yang relatif tetap dari generasi pertama, dapat menunjukkan hasil yang baik;
·         Pelihara anakan yang vigor atau pertumbuhannya paling baik dan posisi tegak;
·         Setiap rumpun, biarkan 1 tanaman induk dan 2 tanaman anakan terpilih.
Hama
·         Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)
Bactrocera papayae
Gejala:
o    Disekitar bekas tusukan ovipositor terdapat adanya nekrosis yang selanjutnya akan diikuti dengan pembusukan buah. 
o    Bergabungnya bintik-bintik bekas tusukan ovipositor menyebabkan buah berwarna coklat gelap sampai hitam. 
o    Buah membusuk akibat enzim yang dikeluarkan oleh larva lalat buah.   
Morfologi/Bioekologi
o    Telur diletakkan oleh serangga dewasa dibawah kulit buah. 
o    Telur akan menetas 1 – 20 hari kemudian tergantung lingkungan. 
o    Selanjutnya larva akan makan jaringan buah selama 6 – 35 hari, tergantung musim. 
o    Stadia/fase pupa terjadi di dalam tanah  selama 10 – 12 hari atau bahkan 90 hari pada cuaca yang sangat dingin. 
o    Serangga dewasa terdapat sepanjang tahun dan mulai kawin 8 – 12 hari kemudian. 
o    Stadium dewasa mampu hidup antara 1 – 3 bulan tergantung pakan dan temperatur lingkungan. 
o    Stadium dewasa mempunyai kemampuan terbang 50 – 100 km untuk menginfeksi buah. 
Penyebaran:
o    Peyebaran dilakukan dengan terbang atau dengan bantuan manusia melalui pemindahan buah yang telah terinfeksi. B. papayae menyebar luas di Malaysia, Thailand bagian selatan, Papua New Guinea dan Indonesia bagian barat. 
Pengendalian:
o    Bercocok tanam:
-    Sanitasi lingkungan, yaitu pengumpulan buah-buah terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon, kemudian dimusnahkan dengan cara memasukkan buah ke dalam kantong plastik lalu diikat rapat sehingga larva/lalat tidak lepas, selain itu juga dengan mengubur buah kedalam tanah.
-    Penggunaan tanaman perangkap
o    Fisik/mekanik:
-    Pengerodongan/pembungkusan buah dengan kertas, plastik hitam, daun pisang, anyaman daun kelapa, atau karung, dan sebagainya;
-    Penggunaan senyawa penarik/penolak lalat buah jantan seperti Metil eugenol, Cue lure, protein hidrolisa, selasih,Meulaleuca, dan sebagainya;
-    Pengasapan, bersifat mengusir sementara;
-    Teknik jantan mandul.
o    Biologi:
Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid: Famili Braconidae (Biosteres sp. dan Opius sp.), serta predator seperti semut, laba-laba, kumbang, cocopet.
o    Kimiawi:
Pemakaian insektisida dicampur dengan bahan atraktan (ME, cue-lure, protein hidrolisa), sebagai umpan beracun.
o    Peraturan:
Menerapkan peraturan karantina antar negara/ area/wilayah yang ketat untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis.
·      Hama burik/kudis (Scab)
Morfologi/Bioekologi
o  Hama ini berupa ngengat atau kumbang kecil yang terbang aktif dan gesit;
o  Letak telur hama pada daun dekat tongkol pisang;
o  Larva menyerang bunga pisang yang baru terbuka umumnya pada pagi dan sore hari;

Gejala:
o  Buah pisang muda ditusuk dan diisap cairannya, meninggalkan bekas seperti tato yang menyebabkan burik/kudis pada kulit pisang;
o  Buah pisang terbentuk ukurannya kecil, kadang-kadang dalam satu tandan hanya beberapa sisir;
Pengendaliannya :
o  dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi dan penggunaan pestisida yang tepat.
·      Hama penggerek batang
Morfologi/Bioekologi
o  Hama ini berupa kumbang (Cosmopolites sordidud) yang bersembunyai  dan bersarang di bawah kotoran bekas tebangan batang yang ditumpuk atau rumput kering;
        Gejala:
o  Tanaman yang terserang menjadi layu dan pelepahnya mudah patah;
o  Dalam batang ada lorong-lorong yang dibuat serangga;
       Pengendaliannya
o  dengan membuang pelepah tua dan menyingkirkan batang pisang yang di panen serta dengan insektisida ;
·      Hama penggulung pisang
Morfologi/Bioekologi
o  Hama yang menyerang dalam bentuk larva yang berasal dari kupu-kupu yang meletakkan telurnya di bawah daun;
o  Telur menjadi larva dalam waktu 5 – 6 minggu;
o  Larva menyerang daun yang masih muda;
            Gejala:
o  Daun yang terserang tergulung dan di dalamnya terdapat larva (kepompong);
o  Pengendaliannya dengan cara merobek-robek daun yang ada sehingga larva tidak dapat menggulung serta membuang daun pisang yang terserang;
pengendaliannya
o  dengan cara menyemprotkan insektisida pada saat larva baru menetas.
Penyakit
·  Antraknosa
Patogen:
Cendawan Colletotrichum musae (Berk) et Curt. Arx syn. Mycosporium musae Berk et Curt. dan Gloeosporium musarum Cke. et Mass.
 Gejala:
o   Pada buah terdapat bagian-bagian yang berubah warna dari hijau menjadi kuning kemudian menjadi coklat tua atau hitam dengan tepi berwarna kuning.
o   Permukaan kulit buah yang sudah berwarna hitam atau sudah membusuk timbul titik merah kecoklatan yang terdiri dari kumpulan badan buah (aservulus) jamur.
o   Buah yang terserang berat dapat menjadi kering dan berkeriput (mumifikasi).
o   Buah yang sudah matang dalam simpanan, timbul bercak-bercak kecil berwarna coklat kehitaman dengan tepi kebasah-bahasan.
o   Bercak-bercak dapat membesar atau bersatu.
o   Pada permukaan bercak-bercak terjadi titik-titik merah jambu yang merupakan badan buah jamur.
Morfologi dan daur penyakit:
o   Cendawan C. musae mempunyai konidium jorong atau jorong memanjang, hialin, sering mempunyai tetes-tetes di dalamnya.
o   Konidium dibentuk pada ujung konidiofor dan keduanya terbentuk dalam aservulus atau badan buah yang terletak pada permukaan bagian buah yang terinfeksi. Aservulus berbentuk bulat atau memanjang dan jarang mempunyai seta.
o   Cendawan dapat berada dalam keadaan laten selama lebih dari 5 bulan.
o   Infeksi permukaan hanya sebagian kecil yang berkembang menjadi bercak antraknosa pada saat buah mulai menguning setelah dipetik.
o   Jamur dapat berkembang tanpa melalui masa laten jika infeksi terjadi melalui luka pada kulit buah.
o   Konidium yang menular ke buah dapat berasal dari daun sakit saat masih di lapangan dan dari sisa-sisa bunga yang telah mati.
o    Infeksi juga dapat terjadi di ruang pemeraman.
o   Sisir buah dapat terinfeksi melalui luka bekas pemotongan dari tandan, sehingga menyebabkan pembusukan pada tangkai buah dan buah-buah terlepas.
Penyebaran:
o   Penyakit ini terdapat di semua negara penghasil pisang di dunia seperti India, Thailand, Filipina, Pantai Gading, Uganda, Brazilia, Ekuador, Honduras, Costarica, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Indonesia.
Pengendalian:
o   Buah yang baru dipanen dibersihkan dari sisa-sisa bunga mati dan jangan ditutup dengan daun-daun kering (daun sakit).
o   Setelah dipanen, buah-buah segera diangkut ke ruang pemeraman atau gudang.
o   Ruang pemeraman atau gudang agar dijaga kebersihannya, cukup cahaya, dan tidak bocor.
o   Hindari pelukaan pada buah.
o   Pencucian buah sebaiknya dengan air yang mengalir dari sumber yang bersih.
o   Penyimpanan buah pada suhu 15-20oC, merupakan cara pengendalian yang paling baik.
·  Busuk Buah (Finger rot)
Patogen:
Cendawan: Botryodiplodia theobromae Pat. Ceratocystis paradoxa (Dade) Morean, Colletotrichum musae (Berk. et Curt) Arx, Verticillium theobromae (Turc.) Mason et Hughes, dan Fusarium sp.
Gejala:
o    Buah yang mulai matang peram mengalami pembusukan berwarna coklat atau hitam, diawali  pada tangkai buah dan akan meluas ke buah.
o    Pada sisir pembusukan dimulai dari bantalan dan akan meluas ke masing-masing buah.
o    Semua buah matang, lambat atau cepat akan terinfeksi penyakit ini.
o    Dengan demikian usaha pengendalian lebih ditujukan untuk menunda timbulnya penyakit.
Daur Penyakit:
o  Infeksi cendawan ke dalam buah, biasanya hanya melalui luka pada kulit buah atau sisir.
o  Spora cendawan penyebab penyakit sudah ada pada permukaan buah sejak di lapang.
o  Jika terjadi luka atau buah mulai matang, spora berkecambah dan menginfeksi buah.
Penyebaran:
o  Diduga tersebar di seluruh negara penghasil maupun pengimpor buah.
·  Penyakit layu Fusarium
o   Penyakit ini disebabkan oleh jamur (Fusarium oxysporum);
o  Jamur ini hidup dalam tanah masuk ke dalam akar terus ke bonggol dan jaringan pembuluh;
o  Tanaman terserang mempunyai pembuluh batang berwarna coklat kemerahan, daun menguning dan layu serta tangkainya terkulai patah;
o  Penyakit ini menular melalui bibit , tanah dan air mengalir  yang mengandung spora;
o  Pengendaliannya dengan penggunaan bibit yang sehat dan membongkar tanaman yang sakit;
o  Apabila serangan cukup parah, segera bongkar tanaman semua dan ganti dengan tanaman lain selama 3 tahun.
·  Penyakit layu bakteri
o  Penyakit ini disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum);
o  Penyakit ini disebut penyakit darah, karena bila bagian tanaman yang terserang dipotong, maka akan keluar cairan kental berwarna kemerahan dari bekas pembuluh;
o  Gejalanya dengan terjadinya pembusukan pada buah dan perubahan warna yang terpusat pada tengah batang semu;
o  Daun-daun tua menjadi layu, menguning dan mati;
o  Pada tanaman muda, tingkat kelayuan menyeluruh;
o  Bagian dalam batang kalau dipotong berwarna coklat kemerahan atau busuk berlendir;
o  Pengendaliannya dengan menanam bibit yang sehat dan mengadakan pergilirab tanaman serta penggunaan a;lat yang bersih.
·  Penyakit bercak daun Sigatoka
o    Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun ketiga dab keenpat yang menyababkan warnanya menjadi kuning pucat sejajar dengan tulang daun;
o    Sebagian bintik-bintik berubah menjadi bercak coklat tua yang lonjong dan bulat panjang;
o    Penyakit ini ditulatkan melalui spora jamur yang dipencarkan oleh pencikan air;
o    Penyebaran yang paling banyak melalui bibit yang terinfeksi;
o    Pengendaliannyadapat dilakukan dengan sanitasi, membuang daun yang terserang dan penjarangan anakan
o    Dapat menggunakan fungisida dengan dosis sesuai anjuran.
·  Penyakit kerdil pisang
o  Penyakit ini menunjukkan gejala-gejala warna hijau tua yang terputus-putus sepanjang tulang daun sekunder;
o  Pertumbuhan daun terhambat, tanaman kerdil dan tidak berbuah;
o  Penyakit ini ditularkan melalui bibit dan serangga (vektor) perantara berupa kutu daun;
o  Kutu ini membentuk koloni di pusat tajuk;
o  Pencegahannya dapat dilakukan dengan membongkar tanaman yang terserang dan membernatas vektornya;
o  Atau menggunakan insektisida sisitemik.
Gulma
·       Rumput-rumput atau tanaman yang tumbuh disekitar tanaman akan bersaung dengan tanaman utama dalam pengambilan unsur hara, sinar matahari dan lain-lain sehingga perlu diberantas;
·       Gulma penting seperti alang-alang, teki, lempuyang, dan lain-lain diberantas secara terpadu dengan teknik seperti mekanis (penyiangan), kultur teknis dan penggunaan herbisida bila diperlukan.
Panen
·         Pemanenan harus dilakukan secara hati-hati, pilih pada tingkat masih hijau tetapi sudah tua,
·           Buah pisang umumnya dipanen sebelum matang betul dengan kriteria kematangan tergantung pada permintaan pasar;
·         Cara memanen dengan menaruh tandan pisang di atas rak yang diberi bantalan empuk, yang diangkat di atas kepala seorang, sedangkan yang lain memangkas tandannya.
·         Panen dilakukan setelah 12-14 bulan dari tanaman yang berasal dari bibit bit, atau 3-4 bulan setelah pembungaan tergantung kultivar­nya.
·         Tanda-tanda buah pisang siap dipanen: warna lebih jernih, bekas putik kering dan gugur.
o    Panen pisang biasanya tidak mengenal musim, karena itu hasilnya dapat dimanfaatkan setiap waktu.
Pascapanen
Pembersihan
o    Setelah dikumpulkan, tandan-tandan pisang di proses;
o    Sisir pisang dipotong dari tandannya dan biarkan agar latekis atau getah menetes habis;
o    Masukkan dalam bak pencuci dengan air mengalir deras dengan pertolongan pompa tekan;
o    Semprot dengan fungisida (anti kapang), misalnya thiabendazole atau benymol;
o    Setelah disemprot, rendam dan tiriskan (belum sampai kering);
o    Masukkan ke dalam kotak diatur rapih dengan berat 15 – 20 kg/kotak;
o    Kotak diberi alas dengan daun pisang untuk menghindari kerusakan benturan.
Pematangan
o    Lakukan pemeraman agar pisang dapat serentak matang dengan warna kuning seragam;
o    Suhu pemeraman antara 20 – 240 C pisang cepat matang;
o    Suhu pemeraman antara 16 – 170 C pisang lambat matang;
o    Bila pematangan dengan menggunakan gas ethylene (C2H4), maka perlu dilakukan secara hati-hati, karena kemungkinan ada ledakan gas, bila kadar ethylene lebih tinggi 3 %.

Tingkat Pematangan
o    Tingkat pematangan dengan adanya perubahan warna dari warna hijau ke kuning dan timbulnya bercak-bercak coklat yang luas;
o    Tingkat perubahan warna dibagi 8 tingkat kematangan :
§  Tingkat 1   : kulit berwarna hijau;
§  Tingkat 2   : kulit berwarna hijau, tetapi sudah ada bintik-bintik kuning (disimpan dalam suhu kamar, 12 hari setelah panen);
§  Tingkat 3   : kulit warna kuning mulai timbul, tetapi warna hijau  masih banyak;
§  Tingkat 4   : kulit lebih banyak warna kuning daripada hijau;
§  Tingkat 5   : kulit berwarna kuning merata, hanya ujungnya masih hijau;
§  Tingkat 6   : kulit seluruhnya berwarna kuning (dismpan dalam suhu kamar 16 hari setelah panen)
§  Tingkat 7   : mulai tumbuh bintik-bintik coklat; dan
§  Tingkat 8   : banyak bagian-bagian kulit yang bercak-bercak besar berwarna coklat.

RUJUKAN
Anomin, 1998. Budidaya Tanaman palawija, Direktorat Jenderal Tanaman pangan dan Hortikultura, Departemen pertanian, Jakarta
Rismunandar. 1990. Membudayakan Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru Bandung

Ditulis oleh : Syadudin,SP.,MP.
                   Penyuluh Pertanian Madya.
*************************************************************************************


BUDIDAYA TOMAT
  Oleh : SYADUDIN,SP.,MP.
            Penyuluh Pertanian Madya



Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman berbentuk perdu, batangnya hijau dan berbulu, bunganya kecil-kecil berwarna kuning.  Buah tomat banyak digunakan, selain dapat dimakan sebagai buah, minuman segar, bumbu masak, dapat pula diolah menjadi saos maupun hiasan hidangan.  Buat tomat juga bermanfaat untuk kesehatan, karena dapat membantu penyembuhan penyakit sariawan.
A.       Kandungan Gizi
Kandungan gizi yang dimiliki tanaman tomat adalah sebagai berikut : 
Tabel 1.  Kandungan Gizi buah tomat masak (dalam 100 g bahan)
No
Jenis Gizi
Kandungan
1.
Kalori
20,00
kalori
2.
Protein
1,00
gr
3.
Lemak
0,30
gr
4.
Karbohidrat
4,20
gr
5.
Kalsium
5,00
mg
6.
Fosfor
27,00
mg
7.
Besi
0,500
mg
8.
Vitamin A
1500,00
SI
9.
Vitamin B1
0,06
mg
10.
Vitamin C
40,00
mg
11.
Air
94,00
gr
12.
Bagian yang dapat dimakan
95,00
%

Sumber          : Daftar Komposisi Bahan Makanan
                       Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1981.
Banyak pilihan varietad/kultivar tomat yang dapat ditanam, yaitu Mutiara, Intan, berlian, atau Ratna.  Varietas/kultivar tersebut telah resmi dilepas dan dianjurkan


      
Tabel  2.  Varietas unggul  Tomat  yang dianjurkan
Varietas
Umur bulai buah (hari)
Kisaran hasil Pipil Kering (t/ha)
Warna buah
Ketahanan Hama Penyakit
1. Mutiara
83
1,3 kg/pohon
Oval merah
Tahan layu bakteri
2. Intan
70-80
5 - 24
Bulat jingga-merah
Tahan layu bakteri
3. Berlian
70-80
12,4
Apel jingga-merah
Tahan layu bakteri
4. Ratna
70-80
5 - 20
Apel jingga-merah
Tahan layu bakteri
5. Mirah

30 - 45
Oval merah
Toleran layu bakteri
6. Opal

30 - 50
Oval merah
Toleran layu bakteri
7. Zamrud

30 - 35
Bulat merah
Toleran layu bakteri

B.        Tanah dan Iklim
·         Tanaman tomat dapat tumbuh, baik dataran rendah maupun dataran tinggi, optimal paqda ketinggian 200 – 1500 meter dpl;
·         Tanah gembur dan subur dengan pH tanah 5 – 6, cukup air tapi tidak tergenang;
·         Tempat tidak ternaungi, cukup sinar matahari, tetapi tidak terlalu terik;
·         Sebaiknya ditanam pada lahan bekas tanaman terong-terongan  ( Solanaceae);
·         Tanam dilakukan pada saat akhir musim hujan (April-Mei)

I.       TEKNIK BERCOCOK TANAM

A.       Penyediaan Bibit Tanaman
1.         Penyiapan Benih
·         Benih harus berlabel atau benih buatan sendiri dari tanaman yang sehat dan subur;
·         Benih diambil dari buah (biarkan 2 -3 hari ) yang merekah dan berair, buah dibelah dan bijinya pisahkan;
·         Benih/biji dicuci bersih dan keringkan;
2.         Penyemaian
·         Buat bedengan dengan ukuran 1 x 1 meter, atau sesuai kondisi lahan;
·         Tinggi bedengan ± 15 cm;
·         Bedengan diberi atap untuk naunagn berupa anyaman daun kelapa atau jerami;
·         Atap dibuat menghadap ke tikmur
·         Permukaan bedengan dicangkul dan digemburkan;
·         Taburkan pupuk kandang (kompos)  sebanyak ± 3 kg, capur rata dengan tanah pesemaian;
·         Ratakan kembali permukaan bedengan;
·         Siram permukaan bedengan dengan gembor berlubang halus.
·         Benih dibutuhkan untuk persemaian 5 m2 sebanyak  ± 0,5 sendok teh.
·         Campur benih tomat  0,5 sendok teh dengan 2 sendok makan abu dapur;
·         Sebar benih tomat merata  di atas permukaan bedengan;
·         Tutup tipis-tipis dengan tanah halus.
3.         Pemeliharaan Pesemaian
·         Jaga pesemaian agar tetap lembab, jangan sampai kekeringan, juga dari gangguan ternak;
·         Seminggu kemudian bibit berkecambah, bibit yang akarnya tampak ke permukaan tutup dengan tanah halus;
·         Beri pupuk dalam pesemaian sebanyak Urea 125 gram, Sp-36 150 gram dan KCl 100 gram untuk bedengan berukuran 1 x 5 m2 ;
·         Siram bibit dengan gembor pagi dan sore, upayakan jangan sampai tergenang;
·         Buang rumput/gulma yang tumbuh disekitar pertanaman, lakukan jangan sampai merusak perakaran bibit tanaman;
·         Bibit sipa dipindah ke lapangan setelah berumur 20 – 25 hari atau saat berdaun 2 -3 helai.
B.        Penanaman
1.         Pengolahan Tanah
·         Persipakan lahan untuk pertanaman bersamaan persiapan bibit;
·         Bersihkan lahan dari rumput-rumput/gulma, sisa tanaman atau kotoran lainnya;
·         Tanah dicangkul sedalam 25 – 30 cm, kemudian haluskan sambil dicampur antara tanah bagian atas dengan bagian bawah;
·         Sebarkan pupuk kandang/kompos di atas permukaan tanah sebanyak 15 ton per hektar;
·         Biarkan selama ± 1 minggu;
·         Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai keadaan lahan;
2.         Tanam
·         Buat lubang tanam dengan jarak antar barisan 60 – 80 cm dan jarak dalam barisan tanaman 50 – 60 cm serta Biarkan selama 1 – 3 hari;
·         Tanam bibit yang telah tersedia dari pesemaian 1 – 2 bibit / lubang tanam.
·         Lakukan penanaman pada pagi  atau sore hari;
·         Lindungi tanaman yang batu dipindah dengan lembaran batang pisang;
3.         Pemupukan
·         Beri pupuk dalam pertanaman dengan dosis Urea 250 kg, SP-36 300 kg dan KCl 200 kg per hektar;
·         SP-36 diberikan sepenuhnya pada saat tanam;
·         Urea dan KCl diberikan 2 kali, setengah dosis diberikan pada saat tanam, sisanya diberikan pada saat tanaman mulai berbunga;
·         Pupuk buatan (anorganik) diberikan dengan cara ditugal di bagian kiri dan kanan tanaman dibawah ujung tajuk terluar.
Tabel 3. Dosis dan waktu penggunaan pupuk pada Tanaman Tomat
Jenis pupuk
Dosis (kg/ha)
Dosis / Bedengan
(1 x 5 m2)
Saat Penggunaan di Bedengan
Pupuk Dasar
Tanaman Mulai Berbunga
Kompos
15.000
7,5 kg
7,5 kg
-
Urea
250
125 g
62,5 g
62,5 g
SP-36
300
150 g
150 g
-
KCl
200
100 g
50 g
50 g

II.    PEMELIHARAAN
1.      Penyiangan
·      Lakukan penyiangan bersamaan dengan penggemburan tanah, pembumbunan dan pemupukan susulan atau tergantung kondisi gulma di lapangan.
2.      Pengairan
·      Lakukan penyiraman pagi dan sore hari bila tidak ada hujan, tetapi jangan berlebihan;
·      Didataran tinggi, penyiraman cukup dilakakan sekali sehari;
3.      Penyulaman
·      Lakukan penyulaman jika ada tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal;
·      Penyulaman dilakukan jangan melebihi 10 hari dari penanaman
·      Bersihkan dahulu lahan sekitar yang akan disulam untuk menghindari terjangkitnya serangan hama dan penyakit.
4.      Turus / Lanjaran
·      Sediakan turus atau lanjaran dari bambu dengan panjang 1 meter dan lebar 2 -3 cm, fungsinya untuk menopang batang tanaman;
·      Lanjaran diberikan pada 3 -4 minggu setelah penanaman di dekat batang tomat, lakukan secara hati-hati jangan smapai merusak akar tomat;
·      Pemasangan lanjaran dapat tegak atau miring untuk disatukan/diikat ujungnya dengan ujung lanjaran lainnya yang berhadapan.
5.      Pengendalian Hama dan Penyakit

III. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Tanaman tomat tidak terbebas dari serangan hama dan penyakit. Tiap-tiap bagian tanaman dapat diserang. Hama dan penyakit tanaman tomat cukup banyak, sehingga memerlukan pencegahannnya.
·         Jaga kebersihan lingkungan tanaman dengan membuang kotoran, daun-daun, cabang, buah yang busuk, rumput dan tumbuhan pengganggu lainnya.
·         Lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman lain familinya;
·         Buat saluran pembuang yang baik, sehingga air tidak menggenang.
A.       Hama
1.      Nematoda dan Heterogera
·         Nematoda adalah sejenis cacing tanah yang berukuran sangat kecil yaitu 0,4 – 0,8 mm untuk yang betina dan 1,2 – 1,9 mm untuk yang jantan;
·         Seekor cacing betina dapat bertelur 600 – 800 butir, maksimal 2.882 telur;
·         Kapasitas tersebut tergantung pada tanaman inang dan keadaan tanahnya;
·         Cacing ini menyebabkan akar-akar tomat berbintil-bintil, biasanya timbul pada tanah-tanah  yang terlalu asam (pH 4 – 5);
·         Sedangkan Heterogera memiliki mulut khusus untuk membuat lubang pada kulit akar kemudian menghisap airnya dan masuk ke dalam akar serta menetap di dalamnya;
·         Akibat serangan ini akar tomat membengkak tidak merata;
·         Bengkakan akar tidak merata dan tidak tahan lama kemudian membusuk;
·         Datang serangan baru berupa penyakit dari bakteri maupun cendawan.
·         Cegah hama-hama tersebut dengan penggunaan kompos untuk meningkatkan jumlah cacing tanah sebagai predatornya dan pembasmian secara kimiawi gunakan Temik 10 G atau Nemagon sebelum tanam dengan cara ditaburkan ditengah-tengah antar lubang tanam sebanyak 1 gram per lubang.
2.      Ulat tanah (Prodenia ipsilon)
·         Ulat ini berwarna kehitam-hitaman atau sebagian besar berwarna hitam;
·         Hama ini menyerang pada bagian tanaman (batang masih lunak) yang baru tanam atau masih muda;
·         Pada siang hari berada di dalam tanah, tidak jauh dari tanaman yang rusak;
·         Gejala seranagannya adalah tanaman muda terpotong-potong, sisa bagian atas tanaman dibiarkan;
·         Menyerang pada musim kemarau;
·         Pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara mengumpulkan ulat secara langsung atau secara kimiawi melalui penyemprotan insektisisa pada batang tanaman dan tanah dan insektisida carbofuran yang dicampur dengan pupuk dasar.

3.      Tungau
Ada beberapa jenis tungau yang menyerang daun tanaman tomat, yaitu :
·         Tungau hijau kekuning-kuningan (Tarsenemus Transculucens)
o   Tungau ini berukuran kecil, panjangnya 0,25 mm, badan licin, tembus cahaya, kakinya halus dan sukar dilihat dengan mata biasa.
o   Berkembangbiak pada bulan Desember/januari;
o   Infeksi pertama terlihat pada daun dari warna hijau berupa warna ”brons” perubahan warna terlihat setelah 8 – 10 hari tungai menetap.
·         Tungau merah (Tetranychus Bimaculatus)
o   Tungau merah besarrnya  rata-rata hanya 0,5 mm, karena warnanya tungai ini mudah dilihat;
o   Menetap  di bagian bawah daun, sering pula di bawah sarang yang dibuat sendiri;
o   Yang paling disenangi di bagian daun, adalah bagian yang paling parah atas serangannya;
o   Mula-mula daun berwarna hijau, kemudian menjadi keabu-abuan lalu mengering;
o   Berkembag biak pada suhu 130 – 270 C atau lebih atau kedaan suhu udara kering.
o   Serangan yang palinh fatal adalah musim kemarau, seraangan berkurang bilamana hujan mulai turun.
·         Tungai Thrips Tabaci (guram)
o   Tungau ini ukuran lenih besar, sehingga mudah dilihat;
o   Banyak berdiam dibagian bawah daun;
o   Lebih menyukai hama yang lembab;
o   Gejala serangannya adalah adanya perubahan warna bagian bawah daun dari hijau menjadi warna perak berkilau;
o   Selanjutnya warna menjadi sawo muda berbintik-bintik hitam;
o   Dapat dikendalikan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan Insektisida Folidol, Malathion Diazinon dan sebagainya;
o   Atau dengan membuat sendiri berupa tepung belerang yang ditebarkan pada siang hari atau disemprotkan dengan perbandingan 3 liter air + 3 sendok tepung belerang.
4.      Ulat Buah (Heliotis armigera)
·         Ulat ini menyerang buah tomat yang sudah mulai membesar sampai hampir tua;
·         Seluruh bagian buah dirusak, karean dapat menetap didalamnya;
·         Dapat dikendalikan dengan cara kimiawi yaitu menyemprotkan insektisida dua minggu sekali, apabila buah sudah mulai berkembang, misalnya menggunakan Diazinon 60 EC Bayrusil, Hosthathion 40 EC  dan lain-lain
·         Hama ini banyak menyerang pada musim kemarau.
B.     Penyakit
Di dataran tinggi, tanaman tomat banyak menghadapi serangan penyakit yang penting dan fatal, yaitu : penyakit daun Phytophtora Infestans, Alternaria Solani, penyakit akar bakterium Solanacearum.  Di dataran rendah kedua penyakit daun tersebut tidak membayakan, karena pada musim kemarau saat yang paling baik untuk menanam tomat. Kelembaban di dataran tinggi adalah faktor utama penyebab serangan penyakit tersebut. Untuk penyakit akar dapat berjangkit disemua daerah dengan intensitas yang sama.
1.      Penyakit daun Phytophtora Infestans
·      Menyerang sejak mulai di pesemaian sasaran utamanya daun dan buah;
·      Infeksi mulai dari pinggir daun maupun di tengah-tengah daun dengan bercak-bercak sawo matang melebar sampai membusuk kering.
2.      Penyakit daun Alternaria
·      Penyakit ini mengganas  bila cuaca cerah yang diikuti oleh cuaca yang lembab (hujan);
·      Akibat dari serangan kedua penyakit ini, tanaman tumbuh merana dan hasilnya sangat menurun;
·      Gejala penyakit ini dimulai dengan bintik-bintik berwarna sawo matang, lambat laun dilinghari garis-garis agak berliku, membetuk lingkatan  tidak merata namun konsentris;
·      Penyakit ini disebut juga penyakit busuk daun atau penyakit cacar, seperti tanda-tanda gejala diatas;
·      Untuk pencegahan kedua penyakit tersebut, hendaklah tanaman tomat disemprot  dengan fungisida 10 – 14 hari sekali, misalnya Dithane-45, Antracol dan sebagainya.
3.      Penyakir akar Bacterium Solanacearum
·      Gejala penyakit ini adalah seluruh  tanaman menjadi layu seperti disiram air panas (wedang) atau disebut juga ”hama wedang”
·      Bakteri ini menyerang perakaran secara total dan menjalar ke batang, bilamana batang ditekan maka akan keluar lendir (lendir berjuta-juta bakteri);
·      Penyakit ini berjangkit di dataran rendah maupun dataran tinggi, terutama di tanah-tanah latosol;
·      Penyakit ini menyerang semua tanaman kacang-kacangan;
·      Pencegahannya adalah, bila dilahan tersebut terjadi infeksi penyakit tersebut,
o   adakan pergiliran tanaman,
o   jangan menanam tomat atau kentang  selama 3 tahun berturut-turut;
o   jangan mengalirkan air dari tempat serangan ke tanaman yang aman
4.      Penyakit Virus
·      Penyakit ini mudah disebarkan oleh manusia dan kutu pucuk melalui gesekan-gesekan dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat;
·      Virus ini menyerang pada daun, yang mengakibatkan gejala daun menjadi keriting atau berwarna blorok (mozaik), atau seluruh tanaman kerdil;
·      Pencegahannya dilakukan secara preventif yaitu 
o   dengan membasmi kutu pucuk sebagai penyebar virus (vektor),
o   Tanaman yang terserang cepat dicabut dan dibakar;
o   Adakan pergiliran tanaman;
o   Jangan menanam dengan tanaman Solanaceae terus menerus;
o   Bersihkan tanaman dan kebun

IV.    PANEN DAN PASCA PANEN
 A.    Panen
·         Tanaman tomat sudah dapat dipanen pada umur sekitar 60 – 100 hari setelah tanam, pada saat kulit buah berwarna merah / matang penuh untuk dikonsumsi langsung.
·            Untuk menjaga mutu tomat tetap baik, pemanenan dilakukan dengan hati-hati.
·         Buah dipetik satu per satu dengan memutarkan buahnya setengah lingkaran. 
·         Buah yang sudah dipetik jangan sampai jatuh dan jangan ditumpuk untuk menghindari kerusakan.
·         Untuk konsumsi pasar lokal yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kebun, pemanenan sebaiknya  dilakukan sewaktu buah masih berwarna kekuning-kuningan;
·         Sedangkan untuk pasar besar atau ekspor, buah dipetik warna masih hijau tetapi sudah tua ( 8 – 10 hari sebelum merah)



B.     Pasca Panen
·         Buah yang telah dipetik, bersihkan dengan hati-hati dengan kain halus;
·         Buah yang telah bersih kemudian disortir, pisahkan yang baik, sedang dan kurang baik;
·         Buah yang telah disortir, kemudian dikemas, dapat menggunakan keranjang yang diberi bantalan merang atau menggunakan peti yang berlubang angin;
·         Setelah buah dikemas, langsung dipasarkan;
·         Apabila buah tomat masak masih disimpan lama, masukkan ke dalam alat pendingin  5 0 C – 100 C selama 1 – 2 minggu;
·         Buah tomat yang masak hijau tahan disimpan 1 bulan dalam alat pendingin 00 – 50 C.
·         Untuk pengolahan lebih lanjut, buah tomat dapat dibuat berupa makanan :
o  saus tomat, semur daun ketela pohon, daku-daku kakap goreng dengan saus manis, semur tomat, perkedel tomat, oseng-oseng tomat, sambal tomat, nasi pilaw, manisan tomat; chili sauce dan  catsup tomat,
·         Untuk pengolahan  buah tomat menjadi minuman  :
o  Wedang tomat, setup tomat, sirup tomat,


RUJUKAN
Anonim (Tt) . Tomat. Balai penelitian Tanaman Sayuran, Lembang Bandung
Herry Tugiyono. 1991. Bertanam Tomat. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismundar. 1995. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo, Bandung


*****************************************************************************************************


BUDIDAYA JAGUNG
Oleh  : SYADUDIN, SP., MP.
             Penyuluh Pertanian Madya


Jagung (Zea mays) menduduki peranan yang strategis dalam perekonomian nasional karena merupakam  salah satu jenis tanaman pangan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam program P2BN, karena kedudukannya disamping sebagai sumber utama karbohidrat dan protein, juga merupakan  bahan baku utama indusutri pakan ternak  dan industry lainnnya, sehingga mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan pendapatan petani, serta merupakan komoditas penting dalam upaya diversifikasi pangan.
Tanaman jagung diduga berasal dari benua Amerika, dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol pad abad ke 16 melalui daratan Eropa, India dan Cina. Ada dua lokasi yang diduga merupakan pusat asala tanaman jagung yaitu 1) Peru, Ekuador dan Bolivia dan 2) daerah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah.
Pada tahun 2005, Indonesia masih mengimpor jagung sebesar 1,80 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan 2,20 juta ton, maka untuk memenuhi kebutuhan nasional  dan menekan impor tersebut, maka pada tahun 2007 dengan luas areal 3,60 juta ha dengan produktivitas 3,6 ton, maka produksi jagung Indonesia 12,96 juta ton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang baik potensi hasil jagung dapat mencapai 5 - 10 ton/ha.  Untuk mengurangi impor tersebut dan dapat berswasembada jagung, laju peningkatan produksi digalakkan kembali melalui strategi  Pengelolaan Sumberdaya Tanaman Terpadu (PTT) dan penggunaan benih varietas unggul.
TANAH DAN IKLIM YANG COCOK UNTUK TANAMAN JAGUNG
·         Tanah yang cocok untuk tanaman jagung adalah tanah yang gembur dan subur pada berbagai jenis tanah.
·         Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik untuk ditanami jagung, karena pertumbuhan akarnya akan kurang baik atau akar-karnya akan menjadi busuk.
·         Tanaman ini dapat tumbuh pada 0 – 1300 m dari permukaan laut.
·         Air tanah yang berlebihan dapat mengganggu aktivitas perakaran sehingga harus dibuang melalui saluran drainase yang dibuat antara barisan jagung. 
·         Keasaman tanah (pH) untuk jagung  adalah berkisar antara 5,5 – 7,5. 
·         Apabila pH tanah kurang dari 5,5 perlu diberi pengapuran (Kaptan) untuk menaikkan pH sampai mendekati persyaratan bagi pertumbuhan jagung.
·         Lahan dengan kemiringan kurang lebih 8 % masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap kemiringan lahan, untuk mencegah erosi.
IKLIM
·         Tanaman jagung dapat menghasilkan secara optimal, jika dapat menerima intensitas sinar matahari penuh (100 %);
·         Dapat tumbuh baik di daerah yang beriklim panas dan beriklim sedang.
·         Curah hujan merata (optimal 100 – 200 mm/bulan), dengan suhu yang optimal 240 C - 300 C. 
·         Pada umumnya di Indonesia suhu tidak menjadi factor pembatas. 
·         Yang sering menjadi factor pembatas adalah ketersediaan air/curah hujan baik akibat kelebihan maupun kekurangan.
·         Fase yang paling peka dan memerlukan cukup air adalah fase menjelang bunga dan pengisian biji. 
·         Pada daerah-daerah yang mempunyai saluran irigasi masalah kebutuhan air mudah diatur.

TEKNIK BERCOCOK TANAM

·         Benih yang bermutu baik akan menghasilkan populasi sesuai dengan jumlah yang ditanam, ini berarti penggunaan benih setiap hektar dapat lebih efisien dibanding apabila menggunakan benih yang bermutu tendah.
·         Pemilihan benih diarahkan untuk varietas unggul yang dapat memberikan hasil tinggi dengan keuntungan besar bagi petani. 
·         Varietas yang ideal dapat dicirikan oleh sifat-sifat :
o    Hasil biji per satuan luas tinggi,
o    Tanggap terhadap pemupukan
o    Umur pendek,
o    Berdaya hasil tinggi,
o    Toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting,
o    Beradaptasi baik pada berbagai lingkungan,
o    Tegap dan tahan rebah,
o    Tanaman pendek,
o    Kulit jagung menutup tongkol dengan rapat,
o    Biji keras dengan warna merata
o    Kandungan protein biji cukup tinggi.
·         Untuk benih yang bermutu baik mempunyai kriteria sebagai berikut :
o    Daya tumbuh tinggi yaityu diatas 70 %,
o    Murni secara fisik, tidak tercampur dengan varietas lain;
o    Sehat, bernas, tidak keriput dan mengkilat;
o    Tumbuh serentak dan cepat.

1.       Pengolahan Tanah
a.       Pengolahan Tanah Sempurna
·         Pengolahan tanah bekas pertanaman padi dilaksanakan setelah membabat jerami. 
·         Jerami dapat digunakan sebagai mulsa/penutup tanah setelah ditanami jagung.
·         Kegunaan mulsa yaitu untuk mengurangi penguapan air tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan lama-kelamaan mulsa pupuk kompos.
·         Pengolahan tanah pada lahan kering cukup sampai dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa. 
·         Pada saat pengolahan tanah perlu disiapkan saluran air sedalam 20 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat kekurangan air dan pembuangan air pada saat air berlebih.

Gambar 1.  Pengolahan Tanah Sempurna untuk Pertanaman Jagung
b.  Minimum Tillage
·         Pada lahan-lahan yang peka erosi, budidaya jagung perlu diikuti dengan usaha-usaha konservasi seperti penggunaan mulsa atau sedikit mungkin pengolahan tanah. 
·         Bila waktu tanam merndesak, pengolahan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan tanaman saja, selebar 60 cm dengan kedalaman 15 – 20 cm.
c.  Zero Tillage (Tanpa Pengolahan tanah)
·         Pemberantasan gulma menggunakan herbisida 2 -3 liter/ha.
·         Tanah dicangkul untuk lubang tanam saja.
·         Perlu mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan tumbuhnya gulma.
2.  Cara Menanam
·         Benih jagung ditanam dalam lubang tugalan dengan kedalam antara 3 – 5 cm.
·         Apabila tanahnya lembab cukup dengan kedalaman 3 cm, dan tanahnya yang kering dianjurkan tugalan sedalam 5 cm.
·         Setelah benih dimasukkan dalam lubang tugal, lalu ditutup dengan tanah. 
·         Jumlah benih yang ditanam sangat ditentukan oleh daya tumbuh benih, namun pada umumnya ditanam 2 -3 biji per lubang.
·         Atau jumlah benih per lubang ditentukan dengan rencana jumlah tanaman per rumpun sesuai dengan jarak tanam ataupun jumlah populasi per hektar. 
·         Apabila jumlah tanaman per rumpun direncanakan satu tanaman, maka benih yang ditanam cukup 1 -2 biji/lubang,
·         tetapi apabila direncanakan dua tanaman per rumpun maka benih yang ditanam 2 – 3 biji/lubang.
3.  Jarak Tanam
·         Jarak tanam dapat ditentukan oleh kesuburan tanah serta varietas yang akan ditanam.
Tabel 2. Jarak Tanam dan Populasi Jagung per Hektar
Varietas
Jarak tanam
(cm x cm)
Populasi
(tanaman/Ha)
Umur dalam (> 100 hari)
100 x (40-50)
40.000 – 50.000
Umur tengah (90-100 hari)
75 x (40-50)
53.000 – 66.000
Umur genjah ( 80-90 hari)
50 x (20-25)
80.000 – 100.000

4. Kebutuhan Benih
·         Penggunaan benih jagung setiap hektarnya adalag sebagai berikut :
o    Varietas Arjuna              : 30 kg/Ha
o    Varietas Hibrida             : 25 kg/Ha
·         Jumlah kebutuhan benih per hektar dengan beberapa alternative jarak tanam untuk kelompok non hibrida dan hibrida dapat dilihat pada table berikut ini
            Tabel 3.  Jarak tanam dan Kebutuhan Benih jagung per hektar
Jarak Tanam (cm)
Non Hibrida (kg/ha)
Hibrida (kg/ha)
100 x 40
22,5
-
75 x 25
32
20
75 x 40
-
30 – 40
75 x 20
40
-
50 x 20
60
-


PEMELIHARAAN

A.       Penyulaman dan Penjarangan
·         Penyulaman dapat dilakukan ± 1 minggu setelah tanam; 
·         Penyulaman yang terlambat dapat mengakibatkan kegagalan karena akan kalah bersaing dengan penyerapan unsur hara;
·         Penjarangan dapat dilakukan 2 – 3 minggu setelah tanam dengan cara memotong batang tanaman  dengan gunting atau pisau tajam.
·         Tanaman yang ditinggalkan yaitu tanaman yang lebih sehat dan vigor. 
·         Jumlah  tanaman yang ditinggalkan dalam satu rumpun disesuaikan dengan rencana jumlah populasi dalam kaitannya dengan jarak tanam.


B.      Pengairan
·         Pemberian air pada tanaman jagung cukup sampai tingkat kapasitas lapang atau tidak sampai tergenang.
·         Pertanaman jagung  yang terlalu kering dapat diairi melalui saluran pemasukan.
·         Air yang diberikan cukup hanya menggenangi selokan yang ada, dibiarkan satu malam dan pada pagi harinya sisa air dibuang.
C.      Penyiangan
1.       Waktu Penyiangan
o    Penyiangan dapat dilakukan 2 – 3 kali, sesuai dengan perkembangan gulma.
o    Penyiangan dilaksanakan sebelum pemupukan susulan.
o    Pada saat penyiangan sekaligus dilakukan penggemburan tanah dan pembumbunan.
o    Pemupukan susulan biasanya 1 bulan setelah tanam dan penyiangan kedua dilaksanakan 1 bulan kemudian.
o    Penyiangan ketiga hanya dilaksnakan apabila dipandang perlu.
2.       Cara Penyiangan
o    Penyiangan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara manual dengan mencabut gulma dengan tangan atau menggunankan alat lain seperti cangkul,
o    dan cara kimia yaitu dengan menyemprotkan herbisida yang sifatnya selektif.


D.      Pemupukan
·            Yang perlu diperhatikan dalam pemupukan jagung adalah jenis, dosis, waktu dan cara pemberiannya.
·            Pada umumnya varietas unggul lebih banyak memerlukan pupuk dibandingkan dengan varietas lokal.

1.       Jenis, Dosis dan Waktu pemberian pupuk
·         Jenis pupuk yang biasa digunakan pada tanaman jagung adalah pupuk organik dan pupuk an organik. 
·         Untuk jenis, dosis dan  waktu pemberiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.  Dosis dan Waktu pemberian pupuk pada Tanaman Jagung
No
Jenis
Dosis
(kg/ha)
Waktu pemberian
Dasar
(kg/ha)
21 HST
(Kg/ha)
35 HST (kg/ha)
1.
Organik
15.000 – 20.000
15.000 – 20.000
-
-
2.
An Organik





Non Hibrida





·      Urea
·      SP-36
·      KCl
250
75 – 100
50
83.33
75 – 100
50
166,67
-
-
-
-
-

Hibrida





·      Urea
·      SP-36
·      KCl
300
100
50
100
100
50
100
-
-
100
-
-

2.  Cara Pemberian Pupuk

·         Pupuk organik biasanya diberikan sebelum pengolahan tanah terakhir dengan cara menyebarkan dan diratakan pada saat pengolahan tanah terakhir.
·         Pupuk an organik diberikan secara tugal/larikan sedalam ± 10 cm pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm. 
·         Pada jarak tanam yang rapat, pupuk diberikan di dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman.

E.   Pengendalian Hama dan Penyakit
1.            Hama
a.     Ulat Tanah (Agrotis sp.)
o    Hama ini menyerang pada waktu tanaman masih muda dengan cara memotong batang dekat permukaan tanah atau biji yang baru berkecambah dalam tanah.
o    Pengendaliannya dengan cara membakar sisa tanaman, pengolahahan tanah  sempurna, penggenangan air sebelum tanam, tanam serempak dan penggunaan insektisida efektif.
b.    Ulat Grayak (Leucania unipuncta dan Spodoptera mauritia)
o    Serangan oleh ulat ini, terutama pada titik tumbuh, sehingga tanaman menjadi kerdil  dan kekuning-kuningan.
o    Pengendaliannya adalah pada awal musim hujan, tanam serempak, pergiliran tanaman, perawatan benih dengan insektisida yang efektif.
c.     Penggerak Batang (Sesamia inferens dan Pyrausta nubilalis)
o    Hama ini menyerang pada batang tanaman yang masih muda atau sudah tua.
o    Pengendaliannya adalah dengan membakar sisa tanaman, tanam serempak dan adanya pergiliran tanaman selain padi dan tebu.
d.    Penggerek Tongkol (Heliothis armigera Hbn) 
o    Serangan oleh hama ini adalah pucuk daun, tetapi lebih menyukai tongkol buah.
o    Pengendaliannya adalah dengan pengolahan tanah yang sempurna, penggunaan insektisida yang sistemik lebih cocok.
o    Apabila sudah mulai menyerang dapat ditoleransi memanen jagung muda.

2.      Penyakit
·         Penyakit-penyakit yang menyerang tanaman jagung dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, mokroplas, nematoda dan tumbuhan parasit.
a.     Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis (Rae) Shaw)
o    Penyebab penyakit ini adalah cendawan Peronosclerospora (Sclerospora maydis dan Sclerospora philippinensis)
o    Gejala serangannya adalah permukaan daun terdapat garis-garis sejajar tulang  daun dan berwarna putih sampai kuning dan tanaman menjadi kerdil.
o    Pengendaliannya adalah tanam varietas Kalingga, Arjuna, Wiyasa, Bromo, Parikesit dan Hibrida C-1. 
o    Disamping itu tidak menanam benih yang berasal dari tanaman sakit,
o    Tanam serempak pada awal atau akhir musim kemarau dan
o    Perlakukan benih dengan fungisida sistemik.
b.      Hawar Daun (Helminthosporium turcicum Pass dan Trichome asphaeria turcica Luttrella)
o    Gejala serangan terlihat pada daun tua (bawah), berupa bercak kecil sampai melebar diikuti dengan kering dan tanaman seperti terbakar mengering.
o    Pengendaliannya adalah tanam varietas kalingga, Arjuna dan Hibrida C-1. 
o    Tanam serempak pada awal sampai akhir musim kemarau dan
o    Penyemprotan fungisida sistemik merupakan cara pengendalian lainnya.
c.       Karat Daun ( Puccinia polysora Undrew)
o    Gejala serangan penyakit ini terlihat dalam bentuk bercak-bercak kecil berwarna coklat sampai merah oranye pada daun.
o    Cara pengendaliannya adalah tanam varietas Kalingga, Arjuna, Wiyasa dan Pioner-2,
o    Semprotkan juga dengan fungsida Triadomefon.

    PANEN DAN PASCA PANEN
·         Tanaman jagung dapat di panen apabila sudah mencapai masak, dan waktunya dapat berbeda tergantung pada varietas yang digunakan.
·         Jagung yang sudah dapat di panen ditandai oleh klobotnya yang berwarna coklat muda dan kering, serta bijinya mengkilat. 
·         Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas (kadar air mencapai 35 – 40 %).
·         Pengeringan dapat berupa tongkol berkelobot atau tongkol kupasan,
·         Kemudian dipipil dan dikeringkan sampai kadar air 12 – 14 %.
·         Cara pengeringan dapat dengan sinar matahari dengan dijemur di atas para-para.

RUJUKAN

Anonim,1998. Budidaya Tanaman palawija, Direktorat Jenderal Tanaman pangan dan Hortikultura, Departemen pertanian, Jakarta
Pirngadi dan Makarim, 2006. Pupuk kandang pada tanaman jagung, Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta
Suprapto HS, 1994. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syafruddin dan Saidah, 2006. Jarak tanam dan penjarangan tanaman jagung, Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta

****************************************************************************************************

1 komentar:

  1. kirim terus materi penyuluhan... kita kumpulkan di sini biar gampang kalo2 ada yang membutuhkan

    BalasHapus

pesan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Weblog Penyuluhan Pertanian Cherbon ini silahkan dimanfaatkan untuk penyediaan materi Penyuluhan bagi para Penyuluh dan untuk mendapatkan angka kredit pointnya juga dalam upaya transfer teknologi kepada pelaku utama