Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman buah-buahan tropis beiklim basah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Tanaman ini cukup populer di kalangan masyarakat kita dan hampir setiap orang memakannya. Tanaman pisang sekarang ini beraneka ragam kultivarnya, umumnya masih diusahakan di pekarangan atau tegalan dan biasanya belum dirawat dengan baik. Pengembangan tanaman ini di Indonesia mempunyai prospek yang baik, oleh karena itu perlu dibudidayakan dengan teknologi yang baik.
Buah pisang umumnya dikonsumsi sebagai makanan tambahan, meskipun di beberapa daerah dapat dijadikan makanan pokok. Kandungan gizi buah pisang cukup tinggi terutama karbohidrat, vitamin dan mineral
Dengan komposisi kandungan gizi yang cukup tinggi dan sebaran pertanaman yang merata di seluruh wilayah Indonesia, maka usaha pengembangan pisang dapat dilakukan, baik secara komersial dalam bentuk kebun maupun sebagai tanaman pekarangan. Oleh karena rasanya yang enak serta cara memakannya yang mudah, maka konsumsinya di kalangan masyarakat akan dapat ditingkatkan.
Pisang termasuk tanaman yang dapat beradapsi terhadap berbagai jenis tanah;
Secara umum, pisang memerlukan tanah berstruktur gembur dan tekstur lempung dengan perbandingan pasir, debu dan lempung sekitar 30 %, 35 % dam 35 % dan relative kaya bahan organic;
Idealnya lahan yang cocok untuk pisang adalah wilayah datar hingga bergelombang 5 – 15 %, terutama pada tanah Aluvial sepanjang aliran sungai;
Tumbuh dengan baik apabila lapisan olah tanahnya kaya bahan organik;
Kemasaman tanah (pH) yang paling cocok adalah 4,5 – 7,5.
Di daerah beriklim kering, tanaman pisang masih mampu hidup dan tumbuh, walaupun hasil kurang baik;
Suhu udara yang cocok antara 150 – 350 C, dengan suhu optimal 270 C;
Penanaman di daerah dengan 3 bulan kering perlu mendapatkan tambahan air irigasi;
Ketinggian tempat optimum < 1000 m dpl dengan tipe iklim Schmidt & Ferguson: B dan C dengan curah hujan tahunan 1400-2000 mm.
Pembibitan Pisang
· Pisang diperbanyak secara vegetatif yanh dihasilkan baik secara tradisional maupun melalui kultur jaringan;
· Bibit tanaman Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan tunas anakan, anakan muda, anakan sedang, anakan dewasa, bonggol, dan belahan bonggol (bit).
· Belahan bonggol merupakan cara perbanyakan yang baik, diambil dari tanaman dewasa umur 7-8 bulan.
· Cara perbanyakan dengan bit yang dicelup dengan air hangat 50oC selama 20 menit atau dicelup dalam larutan Dimethoate/Diazinon 30 ml, Maneb/Mancozeb 48 g dan Tiner Stocker 1,4 ml dalam 20 liter air untuk setiap 60 bit.
· Kultivar baik adalah Ambon Jepang, Ambon lumut, Ambon ijo, Susu, Mas, Raja Bulu, Badak, Kepok, Agung, Candi, Raja Nangka.
· Cara perbanyakan secara umum adalah sebagai berikut :
Perbanyakan dengan bonggol
o Menghasilkan 5 – 10 bibit setiap bonggol dengan kualitas lebih baik dibandingkan secara anakan;
o Setelah tunas mulai muncul (1 – 2 minggu), bonggol dibelah apabila tunasnya ada;
o Tempatkan potongan bonggol yang bertunas di media kompos;
o Apabila tinggi tunas 20 – 30 cm (4 – 6 minggu), bibit tersebut dapat ditanam di lahan yang disiapkan.
Perbanyakan belahan bonggol (bit)
o Pada prinsipnya sama dengan perbanyakan bonggol, bedanya apabila bonggol telah dibersihkan langsung dibelah;
o Luka belahan agar diberi desifektan.
Perbanyakan dengan anakan
o Perbanyakan ini adalah dengan cara mengambil tunas;
o Bibit yang berasal dari perbanyakan tunas terdiri atas :
a. Tunas anakan (tunas belum berdaun);
b. Anakan muda (daun yang terbentuk belum sempurna);
c. Anakan sedang (daun telah terbentuk dan membuka);
d. Anakan dewasa (banyak helaian daun yang telah membuka dan terbentuk sempurna).
Perbanyakan secara kultur jaringan
· Kultur jaringan merupakan cara untuk menumbuhkan sel, jaringan organ tanaman dalam medium buatan secara aseptik dalam lingkungan terkendali.
· Perbanyakan secara ini dianggap yang paling baik, karena pohon induknya telah diseleksi, biasanya bebas hama dan penyakit penting tertentu.
· Mendapatkan tanaman dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat dengan sifat genetik sama dengan induknya serta bebas pothogen;
· Kecepatan tumbuh anaknya lebih cepat, sehingga masa berbunga lebih cepat;
· Waktu panen serempak;
· Kesehatan bibit lebih terjamin.
Pengolahan tanah
· Lahan yang akan ditanami hendaknya diolah lebih dahulu agar menjadi gembut, mendapat aerasi cukup, mematikan tanaman pengganggu, sehingga perakaran optimal;
· Pengoalahan tanah sampai kedalaman 30 cm agar aerasi tanah lebih baik kemudian digaru;
· Buat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm, khusus untuk bibit asal anakan;
· Bibit yang ditanam harus terpilih yang sehat dan seragam serta jumlah daun yang membuka sekitar 6 helaI.
· Lubang tanaman diberi pupuk dasar terlebih dahulu, berupa Urea 50 gram, SP-36 50 gram dan KCl 50 gram serta kompos 1 – 2 kaleng minyak tanah per tanaman atau dengan dosis sesuai tingkat kesuburan tanah;
· Mulsa diberikan setelah penanaman bibit
Cara Penanaman
· Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dengan jarak tanam 2 x 2 m, 3 x 3 m, atau 4 x 4 m;
· saat tanam bibit sebaiknya pada awal musim hujan;
· bibit yang berasal dari bit ditumbuhkan miring dengan mata di bagian atas sedalam 10 cm.
· Tumpangsari dengan tanaman lain dapat dilakukan dengan baik.
· Saat penggalian lubang tanam, pisahkan tanah bagian atas dan bagian bawah;
· Lubang tanah dibuat 2 – 4 minggu sebelum tanam.
· Setelah lubang tanah dipupuk dasar dan bibit telah disiapkan, segera lakukan penanaman;
· Daun bibit 2/3 bagian dipotong untuk mencegah penguapan (untuk bibit kultur jaringan dan asal bonggol daun tidak dipotong);
· Setiap lubang tanam, ditanami 1 bibit yang ditanam tegak;
Pengairan Tanaman Pisang
· Jika dalam 2 minggu tidak turun hujan, tanaman perlu diairi;
· Pemberian air dapat dilakaukan dengan cara irigasi di atas atau di bawah kanopi atau irigasi tetes;
· Kalau tidak terairi, terutama pada saat berbunga, maka buah yang dihasilkan akan kecil-kecil, tanaman lebih pendek dan daunnya kekuningan.
Penyulaman
· Bibit yang mati agar disulam dengan bibit baru;
· Penyulaman hendaknya dilakukan segera agar pertumbuhan tanaman seragam;
Penyiangan
· Penyiangan dilakukan untuk membasmi gulma-gulma yang mengganggu tanaman;
· Juga untuk menjaga agar lingkungan tanaman menjadi bersih dengan membuang anakan yang tidak diperlukan, membongkar tanaman yang terkena penyakit dan membuang batang pisang habis panen sehingga menguntungkan bagi perkembangan tanaman;
· Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan menggunakan tangan atau alat sederhana;
· Dilakukan disekeliling tanaman dengan jari-jari 1 meter;
· Penyiangan dilaksanakan beberapa kali dimulai saat tanaman berumur 2 bulan;
· Tanah dibersihkan dan digemburkan, daun tua dan kering dibuang, dan anakan diperjarang.
Pemangkasan dan pembatasan jumlah anakan
· Dalam satu rumpun hanya satu batang pisang berbuah/dewasa dan dua-tiga anakan yang umurnya berbeda.
· Daun-daun tua dipangkas; dan apabila ditanam tumpangsari maka ditinggalkan 5-6 helai daun setiap batang dengan pemangkasan seminggu sekali.
· Pada saat berbunga, jantung bunga disemprot dengan insektisida kontak atau lafutan sabun seminggu dua kali; jantung dipotong apabila sudah 20 cm dari buah terakhir.
· Buah terakhir yang rusak karena hama dibuang bersamaan dengan pemotongan jantung.
Pemupukan
· Jenis pupuk anorganik seperti Urea, SP-36 dan KCl serta pupuk organik seperti kompos;
· Pupuk anorganik diberikan setiap 6 bulan sekali, pada awal dan akhir musim hujan;
· Pupuk organik diberikan sekali dalam 1 tahun yaitu pada awal musim hujan;
· Dosis pupuk anorganik sebanyak ¼ dosis pupuk tahunan;
· Dosis pupuk organik 2 -3 kaleng minyak tanah per tahun;
· Untuk selengkapnya dosis pupuk untuk tanaman pisang adalah sebagai berikut
· Dosis dan waktu pemupukan anjuran lain adalah ZA 250-350 g, TSP 100-150 g, dan KCl 100-200 g setiap tanaman diberikan 1/2 - 1 bulan setelah tanam dan setiap 3-4 bulan sekali.
· Cara pemberian pupuk dilakukan dengan mebuat parit sedalam 10 cm disekeliling tanaman dengan jarak 60 – 75 cm dari pangkal batang;
· Jika tanaman rapat, dapat dilakaukan dengan membuat larikan sepanjang barisan tanaman dengan jarak 60 – 75 cm dari pohon pisang;
· Setelah pupuk diberikan, kemudian tutup dengan tanah.
Penjarangan anakan
· Jarangi tanaman dengan 2-3 anakan untuk produksi berikutnya;
· Kualitas hasil penjarangan dapat dilihat dari poipulasi dan jarak tanam;
· Jarak tanam yang relatif tetap dari generasi pertama, dapat menunjukkan hasil yang baik;
· Pelihara anakan yang vigor atau pertumbuhannya paling baik dan posisi tegak;
· Setiap rumpun, biarkan 1 tanaman induk dan 2 tanaman anakan terpilih.
Hama
· Lalat Buah (Diptera: Tephritidae)
Bactrocera papayae
Gejala:
o Disekitar bekas tusukan ovipositor terdapat adanya nekrosis yang selanjutnya akan diikuti dengan pembusukan buah.
o Bergabungnya bintik-bintik bekas tusukan ovipositor menyebabkan buah berwarna coklat gelap sampai hitam.
o Buah membusuk akibat enzim yang dikeluarkan oleh larva lalat buah.
Morfologi/Bioekologi
o Telur diletakkan oleh serangga dewasa dibawah kulit buah.
o Telur akan menetas 1 – 20 hari kemudian tergantung lingkungan.
o Selanjutnya larva akan makan jaringan buah selama 6 – 35 hari, tergantung musim.
o Stadia/fase pupa terjadi di dalam tanah selama 10 – 12 hari atau bahkan 90 hari pada cuaca yang sangat dingin.
o Serangga dewasa terdapat sepanjang tahun dan mulai kawin 8 – 12 hari kemudian.
o Stadium dewasa mampu hidup antara 1 – 3 bulan tergantung pakan dan temperatur lingkungan.
o Stadium dewasa mempunyai kemampuan terbang 50 – 100 km untuk menginfeksi buah.
Penyebaran:
o Peyebaran dilakukan dengan terbang atau dengan bantuan manusia melalui pemindahan buah yang telah terinfeksi. B. papayae menyebar luas di Malaysia, Thailand bagian selatan, Papua New Guinea dan Indonesia bagian barat.
Pengendalian:
o Bercocok tanam:
- Sanitasi lingkungan, yaitu pengumpulan buah-buah terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon, kemudian dimusnahkan dengan cara memasukkan buah ke dalam kantong plastik lalu diikat rapat sehingga larva/lalat tidak lepas, selain itu juga dengan mengubur buah kedalam tanah.
- Penggunaan tanaman perangkap
o Fisik/mekanik:
- Pengerodongan/pembungkusan buah dengan kertas, plastik hitam, daun pisang, anyaman daun kelapa, atau karung, dan sebagainya;
- Penggunaan senyawa penarik/penolak lalat buah jantan seperti Metil eugenol, Cue lure, protein hidrolisa, selasih,Meulaleuca, dan sebagainya;
- Pengasapan, bersifat mengusir sementara;
- Teknik jantan mandul.
o Biologi:
Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid: Famili Braconidae (Biosteres sp. dan Opius sp.), serta predator seperti semut, laba-laba, kumbang, cocopet.
o Kimiawi:
Pemakaian insektisida dicampur dengan bahan atraktan (ME, cue-lure, protein hidrolisa), sebagai umpan beracun.
o Peraturan:
Menerapkan peraturan karantina antar negara/ area/wilayah yang ketat untuk tidak memasukkan buah yang terserang dari daerah endemis.
· Hama burik/kudis (Scab)
Morfologi/Bioekologi
o Hama ini berupa ngengat atau kumbang kecil yang terbang aktif dan gesit;
o Letak telur hama pada daun dekat tongkol pisang;
o Larva menyerang bunga pisang yang baru terbuka umumnya pada pagi dan sore hari;
Gejala:
o Buah pisang muda ditusuk dan diisap cairannya, meninggalkan bekas seperti tato yang menyebabkan burik/kudis pada kulit pisang;
o Buah pisang terbentuk ukurannya kecil, kadang-kadang dalam satu tandan hanya beberapa sisir;
Pengendaliannya :
o dapat dilakukan dengan perbaikan sanitasi dan penggunaan pestisida yang tepat.
· Hama penggerek batang
Morfologi/Bioekologi
o Hama ini berupa kumbang (Cosmopolites sordidud) yang bersembunyai dan bersarang di bawah kotoran bekas tebangan batang yang ditumpuk atau rumput kering;
Gejala:
o Tanaman yang terserang menjadi layu dan pelepahnya mudah patah;
o Dalam batang ada lorong-lorong yang dibuat serangga;
Pengendaliannya
o dengan membuang pelepah tua dan menyingkirkan batang pisang yang di panen serta dengan insektisida ;
· Hama penggulung pisang
Morfologi/Bioekologi
o Hama yang menyerang dalam bentuk larva yang berasal dari kupu-kupu yang meletakkan telurnya di bawah daun;
o Telur menjadi larva dalam waktu 5 – 6 minggu;
o Larva menyerang daun yang masih muda;
Gejala:
o Daun yang terserang tergulung dan di dalamnya terdapat larva (kepompong);
o Pengendaliannya dengan cara merobek-robek daun yang ada sehingga larva tidak dapat menggulung serta membuang daun pisang yang terserang;
pengendaliannya
o dengan cara menyemprotkan insektisida pada saat larva baru menetas.
Penyakit
· Antraknosa
Patogen:
Cendawan Colletotrichum musae (Berk) et Curt. Arx syn. Mycosporium musae Berk et Curt. dan Gloeosporium musarum Cke. et Mass.
Gejala:
o Pada buah terdapat bagian-bagian yang berubah warna dari hijau menjadi kuning kemudian menjadi coklat tua atau hitam dengan tepi berwarna kuning.
o Permukaan kulit buah yang sudah berwarna hitam atau sudah membusuk timbul titik merah kecoklatan yang terdiri dari kumpulan badan buah (aservulus) jamur.
o Buah yang terserang berat dapat menjadi kering dan berkeriput (mumifikasi).
o Buah yang sudah matang dalam simpanan, timbul bercak-bercak kecil berwarna coklat kehitaman dengan tepi kebasah-bahasan.
o Bercak-bercak dapat membesar atau bersatu.
o Pada permukaan bercak-bercak terjadi titik-titik merah jambu yang merupakan badan buah jamur.
Morfologi dan daur penyakit:
o Cendawan C. musae mempunyai konidium jorong atau jorong memanjang, hialin, sering mempunyai tetes-tetes di dalamnya.
o Konidium dibentuk pada ujung konidiofor dan keduanya terbentuk dalam aservulus atau badan buah yang terletak pada permukaan bagian buah yang terinfeksi. Aservulus berbentuk bulat atau memanjang dan jarang mempunyai seta.
o Cendawan dapat berada dalam keadaan laten selama lebih dari 5 bulan.
o Infeksi permukaan hanya sebagian kecil yang berkembang menjadi bercak antraknosa pada saat buah mulai menguning setelah dipetik.
o Jamur dapat berkembang tanpa melalui masa laten jika infeksi terjadi melalui luka pada kulit buah.
o Konidium yang menular ke buah dapat berasal dari daun sakit saat masih di lapangan dan dari sisa-sisa bunga yang telah mati.
o Infeksi juga dapat terjadi di ruang pemeraman.
o Sisir buah dapat terinfeksi melalui luka bekas pemotongan dari tandan, sehingga menyebabkan pembusukan pada tangkai buah dan buah-buah terlepas.
Penyebaran:
o Penyakit ini terdapat di semua negara penghasil pisang di dunia seperti India, Thailand, Filipina, Pantai Gading, Uganda, Brazilia, Ekuador, Honduras, Costarica, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Indonesia.
Pengendalian:
o Buah yang baru dipanen dibersihkan dari sisa-sisa bunga mati dan jangan ditutup dengan daun-daun kering (daun sakit).
o Setelah dipanen, buah-buah segera diangkut ke ruang pemeraman atau gudang.
o Ruang pemeraman atau gudang agar dijaga kebersihannya, cukup cahaya, dan tidak bocor.
o Hindari pelukaan pada buah.
o Pencucian buah sebaiknya dengan air yang mengalir dari sumber yang bersih.
o Penyimpanan buah pada suhu 15-20oC, merupakan cara pengendalian yang paling baik.
· Busuk Buah (Finger rot)
Patogen:
Cendawan: Botryodiplodia theobromae Pat. Ceratocystis paradoxa (Dade) Morean, Colletotrichum musae (Berk. et Curt) Arx, Verticillium theobromae (Turc.) Mason et Hughes, dan Fusarium sp.
Gejala:
o Buah yang mulai matang peram mengalami pembusukan berwarna coklat atau hitam, diawali pada tangkai buah dan akan meluas ke buah.
o Pada sisir pembusukan dimulai dari bantalan dan akan meluas ke masing-masing buah.
o Semua buah matang, lambat atau cepat akan terinfeksi penyakit ini.
o Dengan demikian usaha pengendalian lebih ditujukan untuk menunda timbulnya penyakit.
Daur Penyakit:
o Infeksi cendawan ke dalam buah, biasanya hanya melalui luka pada kulit buah atau sisir.
o Spora cendawan penyebab penyakit sudah ada pada permukaan buah sejak di lapang.
o Jika terjadi luka atau buah mulai matang, spora berkecambah dan menginfeksi buah.
Penyebaran:
o Diduga tersebar di seluruh negara penghasil maupun pengimpor buah.
· Penyakit layu Fusarium
o Penyakit ini disebabkan oleh jamur (Fusarium oxysporum);
o Jamur ini hidup dalam tanah masuk ke dalam akar terus ke bonggol dan jaringan pembuluh;
o Tanaman terserang mempunyai pembuluh batang berwarna coklat kemerahan, daun menguning dan layu serta tangkainya terkulai patah;
o Penyakit ini menular melalui bibit , tanah dan air mengalir yang mengandung spora;
o Pengendaliannya dengan penggunaan bibit yang sehat dan membongkar tanaman yang sakit;
o Apabila serangan cukup parah, segera bongkar tanaman semua dan ganti dengan tanaman lain selama 3 tahun.
· Penyakit layu bakteri
o Penyakit ini disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum);
o Penyakit ini disebut penyakit darah, karena bila bagian tanaman yang terserang dipotong, maka akan keluar cairan kental berwarna kemerahan dari bekas pembuluh;
o Gejalanya dengan terjadinya pembusukan pada buah dan perubahan warna yang terpusat pada tengah batang semu;
o Daun-daun tua menjadi layu, menguning dan mati;
o Pada tanaman muda, tingkat kelayuan menyeluruh;
o Bagian dalam batang kalau dipotong berwarna coklat kemerahan atau busuk berlendir;
o Pengendaliannya dengan menanam bibit yang sehat dan mengadakan pergilirab tanaman serta penggunaan a;lat yang bersih.
· Penyakit bercak daun Sigatoka
o Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun ketiga dab keenpat yang menyababkan warnanya menjadi kuning pucat sejajar dengan tulang daun;
o Sebagian bintik-bintik berubah menjadi bercak coklat tua yang lonjong dan bulat panjang;
o Penyakit ini ditulatkan melalui spora jamur yang dipencarkan oleh pencikan air;
o Penyebaran yang paling banyak melalui bibit yang terinfeksi;
o Pengendaliannyadapat dilakukan dengan sanitasi, membuang daun yang terserang dan penjarangan anakan
o Dapat menggunakan fungisida dengan dosis sesuai anjuran.
· Penyakit kerdil pisang
o Penyakit ini menunjukkan gejala-gejala warna hijau tua yang terputus-putus sepanjang tulang daun sekunder;
o Pertumbuhan daun terhambat, tanaman kerdil dan tidak berbuah;
o Penyakit ini ditularkan melalui bibit dan serangga (vektor) perantara berupa kutu daun;
o Kutu ini membentuk koloni di pusat tajuk;
o Pencegahannya dapat dilakukan dengan membongkar tanaman yang terserang dan membernatas vektornya;
o Atau menggunakan insektisida sisitemik.
Gulma
· Rumput-rumput atau tanaman yang tumbuh disekitar tanaman akan bersaung dengan tanaman utama dalam pengambilan unsur hara, sinar matahari dan lain-lain sehingga perlu diberantas;
· Gulma penting seperti alang-alang, teki, lempuyang, dan lain-lain diberantas secara terpadu dengan teknik seperti mekanis (penyiangan), kultur teknis dan penggunaan herbisida bila diperlukan.
Panen
· Pemanenan harus dilakukan secara hati-hati, pilih pada tingkat masih hijau tetapi sudah tua,
· Buah pisang umumnya dipanen sebelum matang betul dengan kriteria kematangan tergantung pada permintaan pasar;
· Cara memanen dengan menaruh tandan pisang di atas rak yang diberi bantalan empuk, yang diangkat di atas kepala seorang, sedangkan yang lain memangkas tandannya.
· Panen dilakukan setelah 12-14 bulan dari tanaman yang berasal dari bibit bit, atau 3-4 bulan setelah pembungaan tergantung kultivarnya.
· Tanda-tanda buah pisang siap dipanen: warna lebih jernih, bekas putik kering dan gugur.
o Panen pisang biasanya tidak mengenal musim, karena itu hasilnya dapat dimanfaatkan setiap waktu.
Pascapanen
Pembersihan
o Setelah dikumpulkan, tandan-tandan pisang di proses;
o Sisir pisang dipotong dari tandannya dan biarkan agar latekis atau getah menetes habis;
o Masukkan dalam bak pencuci dengan air mengalir deras dengan pertolongan pompa tekan;
o Semprot dengan fungisida (anti kapang), misalnya thiabendazole atau benymol;
o Setelah disemprot, rendam dan tiriskan (belum sampai kering);
o Masukkan ke dalam kotak diatur rapih dengan berat 15 – 20 kg/kotak;
o Kotak diberi alas dengan daun pisang untuk menghindari kerusakan benturan.
Pematangan
o Lakukan pemeraman agar pisang dapat serentak matang dengan warna kuning seragam;
o Suhu pemeraman antara 20 – 240 C pisang cepat matang;
o Suhu pemeraman antara 16 – 170 C pisang lambat matang;
o Bila pematangan dengan menggunakan gas ethylene (C2H4), maka perlu dilakukan secara hati-hati, karena kemungkinan ada ledakan gas, bila kadar ethylene lebih tinggi 3 %.
Tingkat Pematangan
o Tingkat pematangan dengan adanya perubahan warna dari warna hijau ke kuning dan timbulnya bercak-bercak coklat yang luas;
o Tingkat perubahan warna dibagi 8 tingkat kematangan :
§ Tingkat 1 : kulit berwarna hijau;
§ Tingkat 2 : kulit berwarna hijau, tetapi sudah ada bintik-bintik kuning (disimpan dalam suhu kamar, 12 hari setelah panen);
§ Tingkat 3 : kulit warna kuning mulai timbul, tetapi warna hijau masih banyak;
§ Tingkat 4 : kulit lebih banyak warna kuning daripada hijau;
§ Tingkat 5 : kulit berwarna kuning merata, hanya ujungnya masih hijau;
§ Tingkat 6 : kulit seluruhnya berwarna kuning (dismpan dalam suhu kamar 16 hari setelah panen)
§ Tingkat 7 : mulai tumbuh bintik-bintik coklat; dan
§ Tingkat 8 : banyak bagian-bagian kulit yang bercak-bercak besar berwarna coklat.
RUJUKAN
Anomin, 1998. Budidaya Tanaman palawija, Direktorat Jenderal Tanaman pangan dan Hortikultura, Departemen pertanian, Jakarta
Rismunandar. 1990. Membudayakan Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru Bandung
Ditulis oleh : Syadudin,SP.,MP.
Penyuluh Pertanian Madya.
Ditulis oleh : Syadudin,SP.,MP.
Penyuluh Pertanian Madya.
*************************************************************************************
BUDIDAYA TOMAT
Oleh : SYADUDIN,SP.,MP.
Penyuluh Pertanian Madya
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan
tanaman berbentuk perdu, batangnya hijau dan berbulu, bunganya kecil-kecil
berwarna kuning. Buah tomat banyak
digunakan, selain dapat dimakan sebagai buah, minuman segar, bumbu masak, dapat
pula diolah menjadi saos maupun hiasan hidangan. Buat tomat juga bermanfaat untuk kesehatan,
karena dapat membantu penyembuhan penyakit sariawan.
A.
Kandungan Gizi
Kandungan gizi yang dimiliki tanaman tomat
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kandungan Gizi buah tomat masak (dalam 100 g
bahan)
No
|
Jenis Gizi
|
Kandungan
|
|
1.
|
Kalori
|
20,00
|
kalori
|
2.
|
Protein
|
1,00
|
gr
|
3.
|
Lemak
|
0,30
|
gr
|
4.
|
Karbohidrat
|
4,20
|
gr
|
5.
|
Kalsium
|
5,00
|
mg
|
6.
|
Fosfor
|
27,00
|
mg
|
7.
|
Besi
|
0,500
|
mg
|
8.
|
Vitamin A
|
1500,00
|
SI
|
9.
|
Vitamin B1
|
0,06
|
mg
|
10.
|
Vitamin C
|
40,00
|
mg
|
11.
|
Air
|
94,00
|
gr
|
12.
|
Bagian yang dapat
dimakan
|
95,00
|
%
|
Sumber :
Daftar Komposisi Bahan Makanan
Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan, 1981.
Banyak pilihan
varietad/kultivar tomat yang dapat ditanam, yaitu Mutiara, Intan, berlian, atau
Ratna. Varietas/kultivar tersebut telah
resmi dilepas dan dianjurkan
Tabel 2.
Varietas unggul Tomat yang dianjurkan
Varietas
|
Umur bulai buah (hari)
|
Kisaran hasil Pipil Kering (t/ha)
|
Warna buah
|
Ketahanan Hama Penyakit
|
1.
Mutiara
|
83
|
1,3 kg/pohon
|
Oval
merah
|
Tahan
layu bakteri
|
2.
Intan
|
70-80
|
5 - 24
|
Bulat
jingga-merah
|
Tahan
layu bakteri
|
3.
Berlian
|
70-80
|
12,4
|
Apel
jingga-merah
|
Tahan
layu bakteri
|
4.
Ratna
|
70-80
|
5 - 20
|
Apel
jingga-merah
|
Tahan
layu bakteri
|
5.
Mirah
|
30 - 45
|
Oval
merah
|
Toleran
layu bakteri
|
|
6.
Opal
|
30 - 50
|
Oval
merah
|
Toleran
layu bakteri
|
|
7.
Zamrud
|
30 - 35
|
Bulat
merah
|
Toleran
layu bakteri
|
B.
Tanah dan Iklim
·
Tanaman
tomat dapat tumbuh, baik dataran rendah maupun dataran tinggi, optimal paqda
ketinggian 200 – 1500 meter dpl;
·
Tanah
gembur dan subur dengan pH tanah 5 – 6, cukup air tapi tidak tergenang;
·
Tempat
tidak ternaungi, cukup sinar matahari, tetapi tidak terlalu terik;
·
Sebaiknya
ditanam pada lahan bekas tanaman terong-terongan ( Solanaceae);
·
Tanam
dilakukan pada saat akhir musim hujan (April-Mei)
I.
TEKNIK BERCOCOK TANAM
A. Penyediaan
Bibit Tanaman
1.
Penyiapan Benih
·
Benih
harus berlabel atau benih buatan sendiri dari tanaman yang sehat dan subur;
·
Benih
diambil dari buah (biarkan 2 -3 hari ) yang merekah dan berair, buah dibelah
dan bijinya pisahkan;
·
Benih/biji
dicuci bersih dan keringkan;
2.
Penyemaian
·
Buat
bedengan dengan ukuran 1 x 1 meter, atau sesuai kondisi lahan;
·
Tinggi
bedengan ± 15 cm;
·
Bedengan
diberi atap untuk naunagn berupa anyaman daun kelapa atau jerami;
·
Atap
dibuat menghadap ke tikmur
·
Permukaan
bedengan dicangkul dan digemburkan;
·
Taburkan
pupuk kandang (kompos) sebanyak ± 3 kg,
capur rata dengan tanah pesemaian;
·
Ratakan
kembali permukaan bedengan;
·
Siram
permukaan bedengan dengan gembor berlubang halus.
·
Benih
dibutuhkan untuk persemaian 5 m2 sebanyak
± 0,5 sendok teh.
·
Campur
benih tomat 0,5 sendok teh dengan 2
sendok makan abu dapur;
·
Sebar
benih tomat merata di atas permukaan
bedengan;
·
Tutup
tipis-tipis dengan tanah halus.
3.
Pemeliharaan Pesemaian
·
Jaga
pesemaian agar tetap lembab, jangan sampai kekeringan, juga dari gangguan
ternak;
·
Seminggu
kemudian bibit berkecambah, bibit yang akarnya tampak ke permukaan tutup dengan
tanah halus;
·
Beri
pupuk dalam pesemaian sebanyak Urea 125 gram, Sp-36 150 gram dan KCl 100 gram
untuk bedengan berukuran 1 x 5 m2 ;
·
Siram
bibit dengan gembor pagi dan sore, upayakan jangan sampai tergenang;
·
Buang
rumput/gulma yang tumbuh disekitar pertanaman, lakukan jangan sampai merusak
perakaran bibit tanaman;
·
Bibit
sipa dipindah ke lapangan setelah berumur 20 – 25 hari atau saat berdaun 2 -3
helai.
B.
Penanaman
1.
Pengolahan Tanah
·
Persipakan
lahan untuk pertanaman bersamaan persiapan bibit;
·
Bersihkan
lahan dari rumput-rumput/gulma, sisa tanaman atau kotoran lainnya;
·
Tanah
dicangkul sedalam 25 – 30 cm, kemudian haluskan sambil dicampur antara tanah
bagian atas dengan bagian bawah;
·
Sebarkan
pupuk kandang/kompos di atas permukaan tanah sebanyak 15 ton per hektar;
·
Biarkan
selama ± 1 minggu;
·
Buat
bedengan dengan ukuran lebar 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai keadaan
lahan;
2.
Tanam
·
Buat
lubang tanam dengan jarak antar barisan 60 – 80 cm dan jarak dalam barisan
tanaman 50 – 60 cm serta Biarkan selama 1 – 3 hari;
·
Tanam
bibit yang telah tersedia dari pesemaian 1 – 2 bibit / lubang tanam.
·
Lakukan
penanaman pada pagi atau sore hari;
·
Lindungi
tanaman yang batu dipindah dengan lembaran batang pisang;
3.
Pemupukan
·
Beri
pupuk dalam pertanaman dengan dosis Urea 250 kg, SP-36 300 kg dan KCl 200 kg
per hektar;
·
SP-36
diberikan sepenuhnya pada saat tanam;
·
Urea
dan KCl diberikan 2 kali, setengah dosis diberikan pada saat tanam, sisanya
diberikan pada saat tanaman mulai berbunga;
·
Pupuk
buatan (anorganik) diberikan dengan cara ditugal di bagian kiri dan kanan
tanaman dibawah ujung tajuk terluar.
Tabel 3. Dosis dan waktu penggunaan pupuk
pada Tanaman Tomat
Jenis pupuk
|
Dosis (kg/ha)
|
Dosis / Bedengan
(1 x 5 m2)
|
Saat Penggunaan di Bedengan
|
|
Pupuk Dasar
|
Tanaman Mulai Berbunga
|
|||
Kompos
|
15.000
|
7,5 kg
|
7,5 kg
|
-
|
Urea
|
250
|
125 g
|
62,5 g
|
62,5 g
|
SP-36
|
300
|
150 g
|
150 g
|
-
|
KCl
|
200
|
100 g
|
50 g
|
50 g
|
II.
PEMELIHARAAN
1. Penyiangan
·
Lakukan
penyiangan bersamaan dengan penggemburan tanah, pembumbunan dan pemupukan
susulan atau tergantung kondisi gulma di lapangan.
2. Pengairan
·
Lakukan
penyiraman pagi dan sore hari bila tidak ada hujan, tetapi jangan berlebihan;
·
Didataran
tinggi, penyiraman cukup dilakakan sekali sehari;
3. Penyulaman
·
Lakukan
penyulaman jika ada tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal;
·
Penyulaman
dilakukan jangan melebihi 10 hari dari penanaman
·
Bersihkan
dahulu lahan sekitar yang akan disulam untuk menghindari terjangkitnya serangan
hama dan penyakit.
4. Turus / Lanjaran
·
Sediakan
turus atau lanjaran dari bambu dengan panjang 1 meter dan lebar 2 -3 cm, fungsinya untuk menopang batang tanaman;
·
Lanjaran
diberikan pada 3 -4 minggu setelah penanaman di dekat batang tomat, lakukan
secara hati-hati jangan smapai merusak akar tomat;
·
Pemasangan
lanjaran dapat tegak atau miring untuk disatukan/diikat ujungnya dengan ujung
lanjaran lainnya yang berhadapan.
5.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
III.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman tomat
tidak terbebas dari serangan hama dan penyakit. Tiap-tiap bagian tanaman dapat
diserang. Hama dan penyakit tanaman tomat cukup banyak, sehingga memerlukan
pencegahannnya.
·
Jaga
kebersihan lingkungan tanaman dengan membuang kotoran, daun-daun, cabang, buah
yang busuk, rumput dan tumbuhan pengganggu lainnya.
·
Lakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman lain familinya;
·
Buat
saluran pembuang yang baik, sehingga air tidak menggenang.
A. Hama
1. Nematoda dan Heterogera
·
Nematoda
adalah sejenis cacing tanah yang berukuran sangat kecil yaitu 0,4 – 0,8 mm
untuk yang betina dan 1,2 – 1,9 mm untuk yang jantan;
·
Seekor
cacing betina dapat bertelur 600 – 800 butir, maksimal 2.882 telur;
·
Kapasitas
tersebut tergantung pada tanaman inang dan keadaan tanahnya;
·
Cacing
ini menyebabkan akar-akar tomat berbintil-bintil, biasanya timbul pada
tanah-tanah yang terlalu asam (pH 4 –
5);
·
Sedangkan
Heterogera memiliki mulut khusus untuk membuat lubang pada kulit akar kemudian
menghisap airnya dan masuk ke dalam akar serta menetap di dalamnya;
·
Akibat
serangan ini akar tomat membengkak tidak merata;
·
Bengkakan
akar tidak merata dan tidak tahan lama kemudian membusuk;
·
Datang
serangan baru berupa penyakit dari bakteri maupun cendawan.
·
Cegah
hama-hama tersebut dengan penggunaan kompos untuk meningkatkan jumlah cacing
tanah sebagai predatornya dan pembasmian secara kimiawi gunakan Temik 10 G atau
Nemagon sebelum tanam dengan cara ditaburkan ditengah-tengah antar lubang tanam
sebanyak 1 gram per lubang.
2. Ulat tanah (Prodenia ipsilon)
·
Ulat
ini berwarna kehitam-hitaman atau sebagian besar berwarna hitam;
·
Hama
ini menyerang pada bagian tanaman (batang masih lunak) yang baru tanam atau
masih muda;
·
Pada
siang hari berada di dalam tanah, tidak jauh dari tanaman yang rusak;
·
Gejala
seranagannya adalah tanaman muda terpotong-potong, sisa bagian atas tanaman
dibiarkan;
·
Menyerang
pada musim kemarau;
·
Pengendaliannya
dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara mengumpulkan ulat secara
langsung atau secara kimiawi melalui penyemprotan insektisisa pada batang
tanaman dan tanah dan insektisida carbofuran yang dicampur dengan pupuk dasar.
3. Tungau
Ada beberapa jenis tungau yang menyerang
daun tanaman tomat, yaitu :
·
Tungau hijau kekuning-kuningan (Tarsenemus Transculucens)
o
Tungau
ini berukuran kecil, panjangnya 0,25 mm, badan licin, tembus cahaya, kakinya
halus dan sukar dilihat dengan mata biasa.
o
Berkembangbiak
pada bulan Desember/januari;
o
Infeksi
pertama terlihat pada daun dari warna hijau berupa warna ”brons” perubahan
warna terlihat setelah 8 – 10 hari tungai menetap.
·
Tungau merah (Tetranychus Bimaculatus)
o
Tungau
merah besarrnya rata-rata hanya 0,5 mm,
karena warnanya tungai ini mudah dilihat;
o
Menetap di bagian bawah daun, sering pula di bawah
sarang yang dibuat sendiri;
o
Yang
paling disenangi di bagian daun, adalah bagian yang paling parah atas
serangannya;
o
Mula-mula
daun berwarna hijau, kemudian menjadi keabu-abuan lalu mengering;
o
Berkembag
biak pada suhu 130 – 270 C atau lebih atau kedaan suhu
udara kering.
o
Serangan
yang palinh fatal adalah musim kemarau, seraangan berkurang bilamana hujan
mulai turun.
·
Tungai Thrips Tabaci (guram)
o
Tungau
ini ukuran lenih besar, sehingga mudah dilihat;
o
Banyak
berdiam dibagian bawah daun;
o
Lebih
menyukai hama yang lembab;
o
Gejala
serangannya adalah adanya perubahan warna bagian bawah daun dari hijau menjadi
warna perak berkilau;
o
Selanjutnya
warna menjadi sawo muda berbintik-bintik hitam;
o
Dapat
dikendalikan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan Insektisida Folidol,
Malathion Diazinon dan sebagainya;
o
Atau
dengan membuat sendiri berupa tepung belerang yang ditebarkan pada siang hari
atau disemprotkan dengan perbandingan 3 liter air + 3 sendok tepung belerang.
4. Ulat Buah (Heliotis armigera)
·
Ulat
ini menyerang buah tomat yang sudah mulai membesar sampai hampir tua;
·
Seluruh
bagian buah dirusak, karean dapat menetap didalamnya;
·
Dapat
dikendalikan dengan cara kimiawi yaitu menyemprotkan insektisida dua minggu
sekali, apabila buah sudah mulai berkembang, misalnya menggunakan Diazinon 60
EC Bayrusil, Hosthathion 40 EC dan
lain-lain
·
Hama
ini banyak menyerang pada musim kemarau.
B.
Penyakit
Di dataran tinggi, tanaman tomat banyak
menghadapi serangan penyakit yang penting dan fatal, yaitu : penyakit daun
Phytophtora Infestans, Alternaria Solani, penyakit akar bakterium
Solanacearum. Di dataran rendah kedua
penyakit daun tersebut tidak membayakan, karena pada musim kemarau saat yang
paling baik untuk menanam tomat. Kelembaban di dataran tinggi adalah faktor
utama penyebab serangan penyakit tersebut. Untuk penyakit akar dapat berjangkit
disemua daerah dengan intensitas yang sama.
1.
Penyakit daun Phytophtora Infestans
·
Menyerang
sejak mulai di pesemaian sasaran utamanya daun dan buah;
·
Infeksi
mulai dari pinggir daun maupun di tengah-tengah daun dengan bercak-bercak sawo
matang melebar sampai membusuk kering.
2. Penyakit daun Alternaria
·
Penyakit
ini mengganas bila cuaca cerah yang
diikuti oleh cuaca yang lembab (hujan);
·
Akibat
dari serangan kedua penyakit ini, tanaman tumbuh merana dan hasilnya sangat
menurun;
·
Gejala
penyakit ini dimulai dengan bintik-bintik berwarna sawo matang, lambat laun
dilinghari garis-garis agak berliku, membetuk lingkatan tidak merata namun konsentris;
·
Penyakit
ini disebut juga penyakit busuk daun atau penyakit cacar, seperti tanda-tanda
gejala diatas;
·
Untuk
pencegahan kedua penyakit tersebut, hendaklah tanaman tomat disemprot dengan fungisida 10 – 14 hari sekali,
misalnya Dithane-45, Antracol dan sebagainya.
3.
Penyakir akar Bacterium Solanacearum
·
Gejala
penyakit ini adalah seluruh tanaman
menjadi layu seperti disiram air panas (wedang) atau disebut juga ”hama wedang”
·
Bakteri
ini menyerang perakaran secara total dan menjalar ke batang, bilamana batang
ditekan maka akan keluar lendir (lendir berjuta-juta bakteri);
·
Penyakit
ini berjangkit di dataran rendah maupun dataran tinggi, terutama di tanah-tanah
latosol;
·
Penyakit
ini menyerang semua tanaman kacang-kacangan;
·
Pencegahannya
adalah, bila dilahan tersebut terjadi infeksi penyakit tersebut,
o
adakan
pergiliran tanaman,
o
jangan
menanam tomat atau kentang selama 3
tahun berturut-turut;
o
jangan
mengalirkan air dari tempat serangan ke tanaman yang aman
4.
Penyakit Virus
·
Penyakit
ini mudah disebarkan oleh manusia dan kutu pucuk melalui gesekan-gesekan dari
tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat;
·
Virus
ini menyerang pada daun, yang mengakibatkan gejala daun menjadi keriting atau
berwarna blorok (mozaik), atau seluruh tanaman kerdil;
·
Pencegahannya
dilakukan secara preventif yaitu
o
dengan
membasmi kutu pucuk sebagai penyebar virus (vektor),
o
Tanaman
yang terserang cepat dicabut dan dibakar;
o
Adakan
pergiliran tanaman;
o
Jangan
menanam dengan tanaman Solanaceae terus menerus;
o
Bersihkan
tanaman dan kebun
IV.
PANEN DAN PASCA PANEN
A.
Panen
·
Tanaman
tomat sudah dapat dipanen pada umur sekitar 60 – 100 hari setelah tanam, pada
saat kulit buah berwarna merah / matang penuh untuk dikonsumsi langsung.
·
Untuk
menjaga mutu tomat tetap baik, pemanenan dilakukan dengan hati-hati.
·
Buah
dipetik satu per satu dengan memutarkan buahnya setengah lingkaran.
·
Buah
yang sudah dipetik jangan sampai jatuh dan jangan ditumpuk untuk menghindari
kerusakan.
·
Untuk
konsumsi pasar lokal yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kebun, pemanenan
sebaiknya dilakukan sewaktu buah masih
berwarna kekuning-kuningan;
·
Sedangkan
untuk pasar besar atau ekspor, buah dipetik warna masih hijau tetapi sudah
tua ( 8 – 10 hari sebelum merah)
|
|
B. Pasca Panen
·
Buah
yang telah dipetik, bersihkan dengan hati-hati dengan kain halus;
·
Buah
yang telah bersih kemudian disortir, pisahkan yang baik, sedang dan kurang
baik;
·
Buah
yang telah disortir, kemudian dikemas, dapat menggunakan keranjang yang diberi
bantalan merang atau menggunakan peti yang berlubang angin;
·
Setelah
buah dikemas, langsung dipasarkan;
·
Apabila
buah tomat masak masih disimpan lama, masukkan ke dalam alat pendingin 5 0 C – 100 C selama 1
– 2 minggu;
·
Buah
tomat yang masak hijau tahan disimpan 1 bulan dalam alat pendingin 00
– 50 C.
·
Untuk
pengolahan lebih lanjut, buah tomat dapat dibuat berupa makanan :
o saus tomat, semur daun ketela pohon,
daku-daku kakap goreng dengan saus manis, semur tomat, perkedel tomat,
oseng-oseng tomat, sambal tomat, nasi pilaw, manisan tomat; chili sauce
dan catsup tomat,
·
Untuk
pengolahan buah tomat menjadi
minuman :
o Wedang tomat, setup tomat, sirup tomat,
RUJUKAN
Anonim (Tt) . Tomat. Balai penelitian Tanaman
Sayuran, Lembang Bandung
Herry Tugiyono. 1991. Bertanam Tomat. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rismundar. 1995. Tanaman Tomat. Sinar Baru
Algensindo, Bandung
*****************************************************************************************************
BUDIDAYA JAGUNG
Oleh : SYADUDIN, SP., MP.
Penyuluh Pertanian Madya
Jagung (Zea mays)
menduduki peranan yang strategis dalam perekonomian nasional karena
merupakam salah satu jenis tanaman
pangan yang mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam program P2BN, karena
kedudukannya disamping sebagai sumber utama karbohidrat dan protein, juga
merupakan bahan baku utama indusutri
pakan ternak dan industry lainnnya,
sehingga mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan pendapatan petani,
serta merupakan komoditas penting dalam upaya diversifikasi pangan.
Tanaman jagung
diduga berasal dari benua Amerika, dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol pad
abad ke 16 melalui daratan Eropa, India dan Cina. Ada dua lokasi yang diduga
merupakan pusat asala tanaman jagung yaitu 1) Peru, Ekuador dan Bolivia dan 2)
daerah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah.
Pada tahun 2005, Indonesia masih mengimpor jagung sebesar 1,80 juta ton
dan pada tahun 2010 diperkirakan 2,20 juta ton, maka untuk memenuhi kebutuhan nasional dan menekan impor tersebut, maka pada tahun 2007 dengan luas areal 3,60 juta ha dengan
produktivitas 3,6 ton, maka produksi jagung Indonesia 12,96 juta ton. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang baik potensi hasil jagung
dapat mencapai 5 - 10 ton/ha. Untuk
mengurangi impor tersebut dan dapat berswasembada jagung, laju peningkatan
produksi digalakkan kembali melalui strategi
Pengelolaan Sumberdaya Tanaman Terpadu (PTT) dan penggunaan benih
varietas unggul.
TANAH DAN IKLIM YANG COCOK
UNTUK TANAMAN JAGUNG
·
Tanah yang cocok untuk tanaman jagung adalah tanah
yang gembur dan subur pada berbagai jenis tanah.
·
Tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik
untuk ditanami jagung, karena pertumbuhan akarnya akan kurang baik atau
akar-karnya akan menjadi busuk.
·
Tanaman ini dapat tumbuh pada 0 – 1300 m dari
permukaan laut.
·
Air tanah yang berlebihan dapat mengganggu aktivitas
perakaran sehingga harus dibuang melalui saluran drainase yang dibuat antara
barisan jagung.
·
Keasaman tanah (pH) untuk jagung adalah berkisar antara 5,5 – 7,5.
·
Apabila pH tanah kurang dari 5,5 perlu diberi
pengapuran (Kaptan) untuk menaikkan pH sampai mendekati persyaratan bagi
pertumbuhan jagung.
·
Lahan dengan kemiringan kurang lebih 8 % masih dapat
ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap kemiringan lahan,
untuk mencegah erosi.
IKLIM
·
Tanaman jagung dapat menghasilkan secara optimal,
jika dapat menerima intensitas sinar matahari penuh (100 %);
·
Dapat tumbuh baik di daerah yang beriklim panas dan
beriklim sedang.
·
Curah hujan merata (optimal 100 – 200 mm/bulan),
dengan suhu yang optimal 240 C - 300 C.
·
Pada umumnya di Indonesia suhu tidak menjadi factor
pembatas.
·
Yang sering menjadi factor pembatas adalah
ketersediaan air/curah hujan baik akibat kelebihan maupun kekurangan.
·
Fase yang paling peka dan memerlukan cukup air
adalah fase menjelang bunga dan pengisian biji.
·
Pada daerah-daerah yang mempunyai saluran irigasi
masalah kebutuhan air mudah diatur.
TEKNIK BERCOCOK TANAM
·
Benih
yang bermutu baik akan menghasilkan populasi sesuai dengan jumlah yang ditanam,
ini berarti penggunaan benih setiap hektar dapat lebih efisien dibanding
apabila menggunakan benih yang bermutu tendah.
·
Pemilihan
benih diarahkan untuk varietas unggul yang dapat memberikan hasil tinggi dengan
keuntungan besar bagi petani.
·
Varietas
yang ideal dapat dicirikan oleh sifat-sifat :
o
Hasil
biji per satuan luas tinggi,
o
Tanggap
terhadap pemupukan
o
Umur
pendek,
o
Berdaya
hasil tinggi,
o
Toleran
atau tahan terhadap hama dan penyakit penting,
o
Beradaptasi
baik pada berbagai lingkungan,
o
Tegap
dan tahan rebah,
o
Tanaman
pendek,
o
Kulit
jagung menutup tongkol dengan rapat,
o
Biji
keras dengan warna merata
o
Kandungan
protein biji cukup tinggi.
·
Untuk
benih yang bermutu baik mempunyai kriteria sebagai berikut :
o
Daya
tumbuh tinggi yaityu diatas 70 %,
o
Murni
secara fisik, tidak tercampur dengan varietas lain;
o
Sehat,
bernas, tidak keriput dan mengkilat;
o
Tumbuh
serentak dan cepat.
1.
Pengolahan
Tanah
a.
Pengolahan
Tanah Sempurna
·
Pengolahan tanah bekas pertanaman padi dilaksanakan
setelah membabat jerami.
·
Jerami dapat digunakan sebagai mulsa/penutup tanah
setelah ditanami jagung.
·
Kegunaan mulsa yaitu untuk mengurangi penguapan air
tanah, menghambat pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan
lama-kelamaan mulsa pupuk kompos.
·
Pengolahan tanah pada lahan kering cukup sampai
dengan kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa.
·
Pada saat pengolahan tanah perlu disiapkan saluran
air sedalam 20 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat
kekurangan air dan pembuangan air pada saat air berlebih.
Gambar 1.
Pengolahan Tanah Sempurna untuk Pertanaman Jagung
|
b. Minimum Tillage
·
Pada lahan-lahan yang peka erosi, budidaya jagung
perlu diikuti dengan usaha-usaha konservasi seperti penggunaan mulsa atau
sedikit mungkin pengolahan tanah.
·
Bila waktu tanam merndesak, pengolahan tanah dapat
dilakukan hanya pada barisan tanaman saja, selebar 60 cm dengan kedalaman 15 –
20 cm.
c. Zero Tillage (Tanpa Pengolahan tanah)
·
Pemberantasan gulma menggunakan herbisida 2 -3
liter/ha.
·
Tanah dicangkul untuk lubang tanam saja.
·
Perlu mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan
tumbuhnya gulma.
2. Cara Menanam
·
Benih jagung ditanam dalam lubang tugalan dengan
kedalam antara 3 – 5 cm.
·
Apabila tanahnya lembab cukup dengan kedalaman 3 cm,
dan tanahnya yang kering dianjurkan tugalan sedalam 5 cm.
·
Setelah benih dimasukkan dalam lubang tugal, lalu
ditutup dengan tanah.
·
Jumlah benih yang ditanam sangat ditentukan oleh
daya tumbuh benih, namun pada umumnya ditanam 2 -3 biji per lubang.
·
Atau jumlah benih per lubang ditentukan dengan
rencana jumlah tanaman per rumpun sesuai dengan jarak tanam ataupun jumlah
populasi per hektar.
·
Apabila jumlah tanaman per rumpun direncanakan satu
tanaman, maka benih yang ditanam cukup 1 -2 biji/lubang,
·
tetapi apabila direncanakan dua tanaman per rumpun
maka benih yang ditanam 2 – 3 biji/lubang.
3. Jarak Tanam
·
Jarak
tanam dapat ditentukan oleh kesuburan tanah serta varietas yang akan ditanam.
Tabel 2. Jarak Tanam dan Populasi Jagung per Hektar
Varietas
|
Jarak tanam
(cm x cm)
|
Populasi
(tanaman/Ha)
|
Umur
dalam (> 100 hari)
|
100
x (40-50)
|
40.000
– 50.000
|
Umur
tengah (90-100 hari)
|
75
x (40-50)
|
53.000
– 66.000
|
Umur
genjah ( 80-90 hari)
|
50
x (20-25)
|
80.000
– 100.000
|
4. Kebutuhan Benih
·
Penggunaan
benih jagung setiap hektarnya adalag sebagai berikut :
o Varietas Arjuna :
30 kg/Ha
o Varietas Hibrida :
25 kg/Ha
·
Jumlah
kebutuhan benih per hektar dengan beberapa alternative jarak tanam untuk
kelompok non hibrida dan hibrida dapat dilihat pada table berikut ini
Tabel
3. Jarak tanam dan Kebutuhan Benih
jagung per hektar
Jarak Tanam (cm)
|
Non Hibrida
(kg/ha)
|
Hibrida (kg/ha)
|
100
x 40
|
22,5
|
-
|
75
x 25
|
32
|
20
|
75
x 40
|
-
|
30
– 40
|
75
x 20
|
40
|
-
|
50
x 20
|
60
|
-
|
PEMELIHARAAN
A. Penyulaman dan
Penjarangan
·
Penyulaman dapat dilakukan ± 1 minggu setelah tanam;
·
Penyulaman yang terlambat dapat mengakibatkan
kegagalan karena akan kalah bersaing dengan penyerapan unsur hara;
·
Penjarangan dapat dilakukan 2 – 3 minggu setelah
tanam dengan cara memotong batang tanaman
dengan gunting atau pisau tajam.
·
Tanaman yang ditinggalkan yaitu tanaman yang lebih
sehat dan vigor.
·
Jumlah
tanaman yang ditinggalkan dalam satu rumpun disesuaikan dengan rencana
jumlah populasi dalam kaitannya dengan jarak tanam.
B. Pengairan
·
Pemberian air pada tanaman jagung cukup sampai
tingkat kapasitas lapang atau tidak sampai tergenang.
·
Pertanaman jagung
yang terlalu kering dapat diairi melalui saluran pemasukan.
·
Air yang diberikan cukup hanya menggenangi selokan
yang ada, dibiarkan satu malam dan pada pagi harinya sisa air dibuang.
C. Penyiangan
1. Waktu Penyiangan
o
Penyiangan dapat dilakukan 2 – 3 kali, sesuai dengan
perkembangan gulma.
o
Penyiangan dilaksanakan sebelum pemupukan susulan.
o
Pada saat penyiangan sekaligus dilakukan
penggemburan tanah dan pembumbunan.
o
Pemupukan susulan biasanya 1 bulan setelah tanam dan
penyiangan kedua dilaksanakan 1 bulan kemudian.
o
Penyiangan ketiga hanya dilaksnakan apabila
dipandang perlu.
2. Cara Penyiangan
o
Penyiangan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
secara manual dengan mencabut gulma dengan tangan atau menggunankan alat lain
seperti cangkul,
o dan cara kimia yaitu dengan
menyemprotkan herbisida yang sifatnya selektif.
D. Pemupukan
·
Yang perlu diperhatikan dalam pemupukan jagung
adalah jenis, dosis, waktu dan cara pemberiannya.
·
Pada umumnya varietas unggul lebih banyak memerlukan
pupuk dibandingkan dengan varietas lokal.
1.
Jenis,
Dosis dan Waktu pemberian pupuk
·
Jenis pupuk yang biasa digunakan pada tanaman jagung
adalah pupuk organik dan pupuk an organik.
·
Untuk jenis, dosis dan waktu pemberiannya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.
Dosis dan Waktu pemberian pupuk pada Tanaman Jagung
No
|
Jenis
|
Dosis
(kg/ha)
|
Waktu pemberian
|
||
Dasar
(kg/ha)
|
21 HST
(Kg/ha)
|
35 HST (kg/ha)
|
|||
1.
|
Organik
|
15.000 – 20.000
|
15.000 – 20.000
|
-
|
-
|
2.
|
An Organik
|
||||
Non Hibrida
|
|||||
·
Urea
·
SP-36
·
KCl
|
250
75 – 100
50
|
83.33
75 – 100
50
|
166,67
-
-
|
-
-
-
|
|
Hibrida
|
|||||
·
Urea
·
SP-36
·
KCl
|
300
100
50
|
100
100
50
|
100
-
-
|
100
-
-
|
2.
Cara
Pemberian Pupuk
·
Pupuk organik biasanya diberikan sebelum pengolahan
tanah terakhir dengan cara menyebarkan dan diratakan pada saat pengolahan tanah
terakhir.
·
Pupuk an organik diberikan secara tugal/larikan
sedalam ± 10 cm pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm.
·
Pada jarak tanam yang rapat, pupuk diberikan di
dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman.
E. Pengendalian Hama dan Penyakit
1.
Hama
a. Ulat Tanah (Agrotis
sp.)
o Hama ini menyerang pada waktu
tanaman masih muda dengan cara memotong batang dekat permukaan tanah atau biji
yang baru berkecambah dalam tanah.
o Pengendaliannya dengan cara
membakar sisa tanaman, pengolahahan tanah
sempurna, penggenangan air sebelum tanam, tanam serempak dan penggunaan
insektisida efektif.
b. Ulat Grayak (Leucania
unipuncta dan Spodoptera mauritia)
o Serangan oleh ulat ini,
terutama pada titik tumbuh, sehingga tanaman menjadi kerdil dan kekuning-kuningan.
o
Pengendaliannya adalah pada awal musim hujan, tanam
serempak, pergiliran tanaman, perawatan benih dengan insektisida yang efektif.
c. Penggerak Batang (Sesamia
inferens dan Pyrausta nubilalis)
o
Hama ini menyerang pada batang tanaman yang masih
muda atau sudah tua.
o
Pengendaliannya adalah dengan membakar sisa tanaman,
tanam serempak dan adanya pergiliran tanaman selain padi dan tebu.
d. Penggerek Tongkol (Heliothis
armigera Hbn)
o Serangan oleh hama ini adalah
pucuk daun, tetapi lebih menyukai tongkol buah.
o
Pengendaliannya adalah dengan pengolahan tanah yang
sempurna, penggunaan insektisida yang sistemik lebih cocok.
o
Apabila sudah mulai menyerang dapat ditoleransi
memanen jagung muda.
2. Penyakit
·
Penyakit-penyakit yang menyerang tanaman jagung
dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, mokroplas, nematoda dan tumbuhan
parasit.
a.
Penyakit
Bulai (Peronosclerospora maydis (Rae)
Shaw)
o Penyebab penyakit ini adalah
cendawan Peronosclerospora (Sclerospora
maydis dan Sclerospora
philippinensis)
o Gejala serangannya adalah
permukaan daun terdapat garis-garis sejajar tulang daun dan berwarna putih sampai kuning dan
tanaman menjadi kerdil.
o Pengendaliannya adalah tanam
varietas Kalingga, Arjuna, Wiyasa, Bromo, Parikesit dan Hibrida C-1.
o Disamping itu tidak menanam
benih yang berasal dari tanaman sakit,
o Tanam serempak pada awal atau
akhir musim kemarau dan
o Perlakukan benih dengan
fungisida sistemik.
b.
Hawar
Daun (Helminthosporium turcicum Pass
dan Trichome asphaeria turcica Luttrella)
o Gejala serangan terlihat pada
daun tua (bawah), berupa bercak kecil sampai melebar diikuti dengan kering dan
tanaman seperti terbakar mengering.
o
Pengendaliannya adalah tanam varietas kalingga,
Arjuna dan Hibrida C-1.
o
Tanam serempak pada awal sampai akhir musim kemarau
dan
o
Penyemprotan fungisida sistemik merupakan cara
pengendalian lainnya.
c.
Karat
Daun ( Puccinia polysora Undrew)
o
Gejala serangan penyakit ini terlihat dalam bentuk
bercak-bercak kecil berwarna coklat sampai merah oranye pada daun.
o
Cara pengendaliannya adalah tanam varietas Kalingga,
Arjuna, Wiyasa dan Pioner-2,
o
Semprotkan juga dengan fungsida Triadomefon.
PANEN DAN PASCA PANEN
·
Tanaman jagung dapat di panen apabila sudah mencapai
masak, dan waktunya dapat berbeda tergantung pada varietas yang digunakan.
·
Jagung yang sudah dapat di panen ditandai oleh
klobotnya yang berwarna coklat muda dan kering, serta bijinya mengkilat.
·
Bila biji ditekan dengan kuku tidak berbekas (kadar
air mencapai 35 – 40 %).
·
Pengeringan dapat berupa tongkol berkelobot atau
tongkol kupasan,
·
Kemudian dipipil dan dikeringkan sampai kadar air 12
– 14 %.
·
Cara pengeringan dapat dengan sinar matahari dengan
dijemur di atas para-para.
RUJUKAN
Anonim,1998. Budidaya
Tanaman palawija, Direktorat Jenderal Tanaman pangan dan Hortikultura,
Departemen pertanian, Jakarta
Pirngadi dan Makarim, 2006.
Pupuk kandang pada tanaman jagung, Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta
Suprapto HS, 1994. Bertanam
Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syafruddin dan Saidah, 2006.
Jarak tanam dan penjarangan tanaman jagung, Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian,
Jakarta
****************************************************************************************************
****************************************************************************************************
kirim terus materi penyuluhan... kita kumpulkan di sini biar gampang kalo2 ada yang membutuhkan
BalasHapus