Badan Ketahanan Pangan
dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kab Cirebon
dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Cirebon terus
menggalakkan program penganekaragaman konsumsi terhadap bahan pangan lokal non
beras sehingga ketergantungan pada beras semakin berkurang.
Kelompok Wanita Tani (KWT) selama ini
identik dengan kegiatan wanita yang berkaitan dengan budidaya pertanian baik
tanaman maupun peternakan. Melalui program Peningkatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) dan Kawasan Rumah Pangan Lestari ( KRPL), KWT di
kabupaten Cirebon tidak hanya handal bercock tanam dan beternak tapi juga terampil dalam hal
pengolahan makanan dari bahan lokal
yang jumlahnya cukup banyak di sekitar kita dan menjadikannya makanan olahan
yang menarik dan lezat agar banyak digemari masyarakat luas. Sehingga memunculkan
pula usaha baru bagi ibu-ibu yang tergabung dalam KWT di setiap desa tentunya kegiatan ini mampu menopang ekonomi keluarga masing-masing
anggota.
Guna mendukung kegiatan KWT tesebut, pemerintah
Kabupaten Cirebon dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian Peikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Cirebon mengadakan Pelatihan Pengolahan
Pangan Lokal dan Pelatihan Keamanan Pangan yang diselenggarakan secara
berturut-turut pada Selasa (10/8) dan Rabu (11/8) di hotel Apita dan hotel Intan
Cirebon. Pelatihan ini diikuti oleh 80 ibu-ibu ketua KWT se-kabupaten Cirebon
penerima program P2KP dari tahun 2010 sampai 2013 baik dari kegiatan bersumber dana dari APBN maupun yang bersunber
dari APBD II serta program KRPL 2013 dari APBN.
Dari kedua program tersebut KWT di Kabupaten Cirebon mampu
membuat kebun bibit dan memelihara ternak yang menghasilkan sumber pangan bagi
keluarga masing-masing.
Hasil dari pemanfaatan pekarangan ini juga,
diolah KWT menjadi beberapa produk makanan sebagai usaha rumah tangga. Berbagai
macam produk yang dihasilkan seperti keripik pisang, ubi, singkong, kentang;
manisan mangga belimbing, pepaya, tomat;
wajit labu, ubi dll.
Produk olahan umbi-umbian ini menjadi
andalan guna mendukung program diversifikasi pangan. KWT Kabupaten Cirebon juga
menjadi penyedia sajian olahan umbi-umbian dalam Pameran Pangan Nusa yang
diadakan Kementerian Perindustrian Juni lalu di Kota Cirebon. Selain itu produk
dari KWT Kabupaten Cirebon yakni mie kocok dari ubi jalar menjadi sajian dalam
perayaan hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2013 di Kementerian Pertanian, Jakarta.
Dengan dibekali pelatihan pengolahan pangan
lokal dan pelatihan keamanan pangan, ibu-ibu-ibu KWT sebagai pelaku usaha pengolahan makanan
diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan.
Pada pelatiahan Pengolahan Pangan Lokal kali ini sengaja dihadirkan narasumber dari Universitas Pasundan, Bandung Bpk.Yusep Ikrawan, PhD yang antara lain
memberikan materi pengolahan buah-buahan misalnya dari buah nenas: keripik,
selai, manisan kering, sari buah dan sirup nenas.
Pengolahan yang sama juga bisa dilakukan
dari buah yang berbeda seperti pepaya, nangka dan pisang. Bahkan untuk papaya
bisa dibuat saos, untuk nangka dan pisang bisa dibuat dodol.
Selain pengolahan buah-buahan, narasumber
yang sama juga membekali peserta KWT dengan pengolahan dari umbi-umbian seperti
tepung dan pati ubi kayu, saos dan mie ubi jalar, tepung dan pati kentang.
Selain narasumber dari Unpas, hadit pula narasumber
dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yakni
Bpk. Ahmad Sulaeman, PhD yang pada Pelatihan Keamanan Pangan menyampaikan
materi tentang keamanan pangan. Yang
diantaranya menyebutkan bahwa keamanan pangan adalah semua
kondisi dan tindakan yang diperlukan selama produksi, prosesing, penyimpanan,
distribusi dan penyiapan makanan sehingga ketika dimakan tidak menyebabkan
resiko kesehatan.
Kemudian diuraikan pula
tentang penyebab terjadinya kontaminasi pathogen antara lain di lahan: penggunaan kotoran segar
dan tanah terkontaminasi, air irigasi yang kotor, hewan liar dan burung liar,
peralatan pertanian yang kotor. Pada saat panen:
kesehatan dan higiene pekerja kritikal selain peralatan, utensil, dan kemasan
dapat mengkontaminasi produk. Di rumah kemasan: air
untuk mencuci produk atau mengalirkan produk,
higiene pekerja dan permukaan yang kontak dengan makanan.
Pada saat transportasi dan
distribusi juga
tidak luput dari kemungkinan kontaminasi pathogen. Potensi kontaminasi lain
yakni pada saat
dipajang di pasar ritel dan saat ditangani di operasi jasa boga serta penanganan dan cara
konsumsi oleh konsumen akhir.
Pelatihan pengolahan dan keamanan
pangan ini tentunya sangat bermanfaat bagi peserta yang hampir seluruhnya
adalah ibu-ibu rumah tangga sebagai penyedia makanan bagi anggota keluarga
masing-masing. Peserta pelatihan yang merupakan ketua KWT yang sebagian besar
pelaku usaha pengolahan makanan juga diharapkan bisa menyebarluaskan hasil
pelatihan ini kepada anggota mereka masing-masing.
Penulis : YETI, ST
Penyuluh Pertanian Muda
Di Bidang Ketahanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan & Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (BKP5K)
Kabupaten Cirebon.
Di Upload oleh : Empi - UPI BKP5K