>

Rabu, 02 November 2011

Budidaya BAWANG MERAH



 Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran renpah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kemingmatan makanan. Hampir setiap masakan menggunakan bawang merah sebagai pelengkap bumbu penyedapnya. Walaupun penambahannya tidak begitu banayak, tetapi jika belum memakai bawang merah, masakan belumlah terasa nikmat.  Selain sebagai bumbu masak, bawang merah  dapat juga digunakan sebagai obat tradisional yang banyak digunakan untuk kesehatan.
Bawang merah tergolong tanaman semusim atau setahun. Tanamannya berbentuk rumpun, akarnya serabut, batangnya pendek sekali yang hampir tidak tampak. Daunnya memanjang dan berbentuk silindris. Pangkal daun berubah bentuk dan fungsinya, yaitu membengkak membentuk umbi lapis. Umbi tersebut dapat membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya yang demikian, maka dari satu umbi dapat membentuk rumpun tanaman yang berasal dari hasil peranakan umbi.
Tanaman bawang lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas, dan cuaca cerah. Tanaman ini tidak menyukai tempat-tempat yang tergenag air, apalagi becek. Walaupun tanaman ini tidak menyukai tempat yang tergenang air, tetapi tanaman ini  banyak membutuhkan air, terutama dalam masa pembentukan umbi. Dengann tuntutan seperti itu, tanaman bawang merah banyak ditanam pada musim kemarau yang nomlanya terjadi bulan April – Oktober. Pada bulan-bulan tersebut, produksi bawang merah akan melimpah.
Daerah yang mempunyai kondisi seperti itu dan menjadi sentra produksi bawang merah yaitu, Cirebon, Majalengka, Bandung, Brebes,Probolinggo, Tegal, Nganjuk,Kediri, Malang, dan Pemalang. Daerah –daerah tersebut termasuk dalamm urutan 10 besar sentra produksi bawang merah di Indonesia. Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu ditingkatkan, mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu selalu meningkat. Hal ini sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan daya beli masyarakat. Mengingat kebutuhan akan bawang merah yang kian terus meningkat, maka pengusahaannya memberiukan gambaran  yang cerah. Gambaran tersebut tidak hanya bagi petani dan pedagang sja, tetapi juga bagi semua pihak yang ikut terlibat di dalam kegiatan usahataninya, dari mulai penanaman smapai ke pemasaran.
Dengan cerahnya prosfek usahatani bawang merah tersebut, maka perlu adanya terobosan teknologi budidaya agar produktivitas bawang merah lebih baik lagi.  Keadaan ini berpengaruh baik terhadap perolehan pendapatan. Apalagi didukung dengan cepatnya perputaran modal usaha bawang merah.  Pada umur 60 – 70 hari tanaman sudah bias di panen. Dengan demikian keuntungan bias diraih dengan cepat dalam waktu relative singkat.
A.    Kandungan Gizi
·         Ditinjau dari kandungan gizinya, bawang merah bukanlah merupakan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin atau mineral.
·         Namun komponen-komponen tersebut ada di dalam bawang merah, walaupun dalam jumlah yang kecil.
·         Komponen-komponen lainnya, seperti minyak atsiri, juga terkandung di dalam umbi bawang merah.
·         Komponen inilah yang sebenarnya banyak dimanfaatkan untuk penyedap rasa makanan, bakterisida, fungisida, dan berkasiat untuk obat-obatan.
·         Kandungan dan nilai gizi dalam 100 gram bahan dapat dilihat pada  tabel  dibawah ini.
Tabel 1. Kandungan Gizi Bawang Merah  (dalam 100 gram bahan)
No
Jenis Gizi
Kandungan
1.
Energi (kalori)
39,00
Kalori
2.
Protein
1,50
Gr
3.
Lemak
0,30
Gr
4.
Karbohidrat
9,20
Gr
5.
Fosfor, P
40,00
Mg
6.
Vitamin B
0,03
Mg
7.
Vitamin C
2,00
Mg
8.
Kalsium, Ca
36,00
Mg
9.
Besi, Fe
0,80
Mg
10.
Air
88,00
Gr
11.
Bagian yang dapat dimakan
90,99
%

Sumber               : Daftar Komposisi Bahan Makanan
                Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1979.

·         Di dalam umbi  bawang merah juga terdapat komponen lain yang dinamakan allin.
·         Allin merupakan suatu senyawa yang mengandung asam amino yang tidak berbau, tidak berwarna dan dapat larut dalam air. 
·         Karena suatu hal, allin kemudian berubah menjadi senyawa allicin. 
·         Senyawa allicin dengan thiamin (vitamin B1) dapat membentuk ikatan kimia yang disebut allithiamin. 
·         Senyawa ini ternyata lebih mudah diserap tubuh daripada vitamin B1-nya sendiri.
B.      Tanah dan Iklim
·         Setiap jenis tanaman membutuhkan suatu kondisi  lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya.
·         Untuk dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang baik, persyaratan  untuk tumbuh harus baik.
·         Factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman meliputi iklim dan jenis tanah.
1.     Tanah
o    Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.
o    Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi, sehingga hasilnya besar-besar. 
o    Selain itu, bawang merah hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air, aerasinya baik dan tidak becek.
o    Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu.
o    Jenis tanah ini mempunyai aerasi  dan drainase yang baik, karena mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu.
o    Keasaman tanah (pH) yang sesuai adalah yang agak masam sampai normal (pH 6 – 6,8).  Tanah yang ber-pH  5,5 – 7,0 masih dapat digunakan untuk penanaman bawang merah.
2.  Iklim
o     Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, terutama yang mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. 
o     Apabila ditanam di daerah yang terlindung dapat menyebabkan pertumbuhan umbinya kecil dan hasilnya kurang memuaskan.
o     Bawang merah tidak tahan kekeringan karena akarnya yang pendek.
o     Selama pertumbuhan dan perkembangan umbi, dibutuhkan  air yang cukup banyak. 
o     Walaupun memerlukan air yang banyak, tetapi tanaman ini paling tidak tahan terhadap air hujan dan tempat yang selalu basah atau becek. 
o     Mengingat hal itu, sebaiknya tanaman bawang merah ditanam di musim kemarau atau akhir musim hujan.
o     Tanaman bawang merah dapat ditanam pada ketinggian 0 – 900 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan curah hujan 300 - 2.500 mm/tahun.
o     Namun, pertumbuhan tanaman maupun umbi yang terbaik di ketinggian sampai 250 meter dpl, tetapi umbinya lebih kecil dan warnanaya kurang mengkilat.
o     Selain itu, umurnya lebih panjang dibandingkan ditanam didataran rendah.
o     Pada suhu yang rendah, hasil umbinya kurang baik.
o     Pada suhu 220 C tanaman masih mudah membentuk umbi, tetapi hasilnya tidak sebaik jika ditanam didataran rendah yang bersuhu panas.
o     Suhu yang sesuai sekitar 250 C – 320 C dengan suhu rata-rata tahunannya 300 C.

II.  TEKNIK BERCOCOK TANAM
A.  Penyiapan Bibit
·         Faktor bibit memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan produksi tanaman bawang merah. 
·         Penggunaan bibit yang bermutu tinggi merupakan langkah awal dalam pengingkatan produksi.
·         Tanaman bawang merah umumnya dipeerbanayak dengan menggunakan umbinya.
·         Sebenarnya dapat juga dengan menggunakan biji, tetapi di Indonesia kebanyakan bawang merah sulit menghasilkan biji.
·         Penyediaan bibit  dapat diperoleh dengan mengusahakan bibit sendiri atau dengan membeli.

3 komentar:

pesan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Weblog Penyuluhan Pertanian Cherbon ini silahkan dimanfaatkan untuk penyediaan materi Penyuluhan bagi para Penyuluh dan untuk mendapatkan angka kredit pointnya juga dalam upaya transfer teknologi kepada pelaku utama